“Jika dimasukkan sampelnya ke dalam alat TCM hanya dua jam sudah bisa diketahui karena akurasinya tinggi,” kata Simon.
Merdeka.com, Kutai Timur - Rumah Sakit Umum (RSU) Kudungga, kini semakin canggih dalam peralatan kesehatannya. Kini, rumah sakit milik pemerintah tersebut, memperoleh subsidi alat kesehatan (Alkes) dari Global Fund.
Penandatanganan MoU mengenai hal itu, dilakukan di ruang kerja direktur RSU Kudungga paka Kamis (10/8) lalu, disaksikan Kadis Kesehatan Kutim dr Bahrani dan sejumlah pejabat rumah sakit maupun Dinas Kesehatan. Lembaga ini dibentuk PBB menghimpun dana bantuan global dalam memerangi tiga penyakit yaitu TB, AIDS, dan Malaria.
Tampak dalam MoU yaitu Kepala Dinkes Bahrani, Direktur Utama RSUD Kudungga Anik Istiyandari, Project Officer Global Fund Simon Saung, Kasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Ahsan Zainuddin, dan beberapa dokter dan staf RSUD Kudungga.
Simon Saung dari Global Fund mengatakan MoU ini adalah program untuk pengendalian pasien yang resisten obat. TB resisten obat mengalami kekebalan terhadap OAT (obat anti). Artinya, obat tersebut tak lagi dapat membunuh kuman penyebab penyakitnya.
“Kami dari Global Fund memberikan subsidi satu alkes yaitu Tes Cepat Molekuler (TCM) canggih mempermudah petugas kesehatan mengetahui adanya kuman TB dalam hitungan jam. Jika dimasukkan sampelnya ke dalam alat TCM hanya dua jam sudah bisa diketahui karena akurasinya tinggi,” kata Simon.
Dikatakan, Simon subsidi ke seluruh rumah sakit sudah ada delapan alkes TCM dan khusus di RSUD mendapatkan jatah satu. Sebenarnya sudah mau dioperasionalkan, menunggu persiapan rumah sakit setempat tapi masih terkendala tempat dan menunggu diinstal sistem listrik operasional TCM dan dipercepat.
“Kita harapkan segera secepatnya digunakan. Jika sebelumnya mendeteksi gejala TB lebih lama harus menggunakan slide, tes, dan suntik, tapi melalui TCM lebih cepat prosesnya. Tidak menutup kemungkinan ke depan bakal dikembangkan ke puskesmas,” tegasnya.
Kepala Dinkes Bahrani mengatakan jika pasien resisten yang sudah tidak bisa disembuhkan dengan obat nantinya ada terapi khusus, dengan sekali suntik Rp 2-3 juta. TB ini penyakit lama dan turunan. Meski sulit namun penyakit ini bisa diobati, dengan cara berobat teratur minimal 6 bulan dengan 4 macam obat.
Pihaknya berharap, TCAM ini segera diinstal pemasangannya paling lama minggu depan. Ini akan membantu dokter paru-paru untuk mendeteksi pasien yang Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TB).
“Sebelumnya Dinkes sudah gencar sudah banyak yang diobati. Kasus MDR TB sudah ada 4 pasien ketemu. Namun harus dirujuk ke Surabaya, ongkosnya mahal dan rata-rata pasien kondisi ekonominya lemah. Nah, di Global Fund untuk transfer pengobatan ditanggung yang penting orang ini minum obat dan suntik,” tambah Bahrani.
Plt Direktur RSUD Kudungga dr Anik Istiyandari mengatakan MoU ini jelas membantu rumah sakit mendiagnosa TB terutama anak-anak. Alat ini membantu menggunakan catridge (pencetak), langsung muncul meskipun belum pernah terapi bisa terdeteksi. Namun rumah sakit masih mengalami kesulitan, ruangan RSUD terbatas untuk pasien TB. RSUD Kudungga mendapatkan bantuan alkes ini untuk membantu dokter paru-paru, hanya untuk mendiagnosa awal. Untuk pemeriksaan akhir dan perawatan nanti dikirim ke Samarinda.
“TB ini tinggi karena resisten ibarat lingkaran setan. Sudah sejak lama apalagi tidak ada Pemantau Minum Obat (PMO) ini yang repot ketika minum dianggap sepele ini justru menyumbang resisten harus mengulang dari awal lagi. Dengan pengobatan tepat bisa disembuhkan, TB disebabkan oleh virus melalui udara dan menular kemanusia normal,” jelasnya.