1. KUTAI TIMUR
  2. PARIWISATA

Goa karst Mengkuris di Karangan potensi wisata Kutai Timur

Goa yang dindingnya memiliki hiasan tapak tangan ini. Sudah masuk daftar sementara warisan dunia UNESCO.

Goa Mengkuris. ©2016 Merdeka.com Editor : Farah Fuadona | Minggu, 31 Juli 2016 18:31

Merdeka.com, Kutai Timur - Banyak kegiatan positif terjadi dalam perjalanan tim ekspedisi Kutim 1 yang dipimpin oleh Wabup Kasmidi Bulang ke Kecamatan Karangan, belum lama ini. Didalam situs goa tapak tangan bersejarah yakni Goa Mengkuris.

Pada kesempatan itu, tim juga melakukan dialog dengan pemerhati Karst Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda, DR Pindi Setiawan. Dialog juga melibatkan Camat Kaubun, Kepala Desa Batu Lepoq, tokoh-tokoh adat, serta tokoh sadar wisata dan warga setempat.

Untuk lebih menyatu dengan alam, dialog dilakukan santai dan seadanya dengan menggunakan alas terpal sekaligus tenda di dalam goa.

Wabup Kasmidi yang didampingi istri, Tirah Satriani terlihat semangat sejak awal perjalanan hingga sampai di goa. Tak heran, ternyata Wabup yang lulusan Teknik Pertambangan dulu aktif dikegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).

Saat membuka dialog, Kasmidi menceritakan sedikit pengalamannya saat aktif di Mapala. Saat itu, mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan, wajib terjun ke lapangan dan bahkan tidur di alam bebas atau hutan.

Menurutnya inti dari perjalanan tim ekspedisi Kutim 1 kali ini tidak lain adalah refreshing sekaligus mempromosikan potensi daerah, yaitu goa karst. Sebagai bentuk napak tilas untuk mengenang sejarah.

“Dengan semakin dikenalnya potensi wisata prasejarah goa karst tapak tangan di Kutim tentunya akan menjadi kebanggaan tersendiri. Pastinya nanti bisa juga menjadi potensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita,” ujarnya.

Kesempatan dialog juga digunakan Ketua Kelompok Sadar Wisata Pak Minggu, untuk menyampaikan hikayat Mengkuris atau sejarah singkat Goa Tapak Tangan yang ada di Desa Batu Lepoq. Menurutnya, dulu goa merupakan Liang Aji (tempat orang berkumpul). Setiap panen selalu diadakan Erau atau pesta panen.

“Dulu Kepala Erau-nya di sini namanya adalah Balian Danyam. Dia menyatakan jangan sampai ada salah satu warga yang melanggar aturan. Namun ada salah satu warga yang melanggar yaitu warga yang membunuh seekor monyet, sehingga terjadi hujan deras dan menyebabkan banjir besar.

Sehingga membuat seluruh warga desa tenggelam dan yang tersisa hanya Balian Danyam seorang. Karena Balian Danyam sangat mencintai istrinya. Dibukalah ikat pinggangnya dan dihempaskan ke istrinya. Lalu jadi sepohon kembang dan terbang ke atas. Untuk tapak tangan, itu adalah tapak tangan orang-orang yang ingin menyelamatkan diri dari bencana banjir besar,” kata Minggu menjelaskan sejarah berdasarkan cerita sesepuh terdahulu.

Camping Goa Mengkuris
mping /Humas Pemkab Kutai Timur

DR Pindi Setiawan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Samarinda, selaku pemerhati karst dalam dialog menyampaikan satu hal sangat penting terkait Goa Kars di kawawan Sangkulirang Mangkalihat.

Dia menyebut bahwa pihaknya telah mengusulkan Kawasan Sangkulirang Mangkalihat untuk di usulkan menjadi warisan dunia kepada UNESCO. Saat ini, katanya sudah masuk di tentative list atau daftar sementara warisan dunia. Di websitenya UNESCO  http://whc.unesco.org/en/tentativelists/6009/.

Dengan masuknya tentative list UNESCO, menjadikan pihak BPCB Samarinda, sejak tahun 2013 lebih giat mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka mengangkat kawasan Sangkulirang Mangkalihat ini sebagai warisan dunia.

"Pertama tahun 2013, BPCB telah melakukan seminar internasional kawasan Sangkulirang Mangkalihat di Balikpapan dengan dana Rp 1,8 miliar. Kemudian ada Fokus Group Discussion (FGD) di adakan di Balikpapan, Samarinda, Banjar Baru yang di adakan sekitar lima kali dan beberapa kegiatan lain. Mengapa kawasan Sangkulirang Mangkalihat ini penting? Karena menurut kami serta jajaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan karena potensinya yang luar biasa," jelas Pindi yang sudah sering melakukan penelitian goa karst di Kutim.

Lebih jauh dijelaskan, goa karst di Kalimantan saat ini belum ada satupun yang masuk di dalam nominasi dunia. Indonesia hanya punya warisan dunia berupa benda maupun non benda seperti Wayang, Keris, Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, Borobudur, Prambanan dan lain sebagainya.

Dia menyebut Sangkulirang Mangkalihat baru terangkat ke level Internasional ketika peneliti dari Bali Made Kusuma Jaya tahun 2012 datang, kemudian melihat potensi Sangkulirang Mangkalihat dan melakukan serangkaian penelitian. Sejak tahun 1992 akhirnya dilakukan kerja sama dengan Perancis. Penelitian intensif berakhir sampai tahun 2014 dan menghasilkan beberapa temuan.

“Hasil penggalian dari goa-goa Merabu, Gunung Gergaji maupun di Goa Mangkuris masih tersimpan di galeri arkeologi pemerintah pusat,” sebutnya.

Pindi menyarankan agar potensi cagar budaya dan kawasan karst disebaran Sangkulirang Mangkalihat bisa lebih dipromosikan lagi melalui berbagai program untuk mendatangkan wisatawan. Misalnya dengan cara menjadikan satu paket tujuan wisata dengan tema destinasi karst Kutim.

Selain itu, jika ingin wisata budaya bisa juga misalnya di Miau Baru, Kongbeng. Wisata pantai di Sekrat, Teluk Lombok dan lainnya. Semua mesti diinventarisasi dan dibuat dalam satu buku tentang tujuan wisata Kutim.
 
“Kita taruh di tempat-tempat setrategis seperti di bandara, di toko-toko buku, maupun mal. Sehingga nanti orang bisa melihat ternyata di Kutim ada tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi,” jelasnya.

(FF)
  1. Wisata
  2. Zona Turis
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA