“Masyarakat harus tetap waspada atas bahaya kebakaran, ledakan atau semburan minyak sewaktu-waktu,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Desa Pulau Miang, kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, belum banyak dikenal masyarakat luar. Namun desa ini memiliki kedamaian yang tak dipunyai daerah lain. Masyarakatnya hidup rukun dan damai dan mata pencahariannya sebagian besar adalah nelayan, lantaran lokasi desa itu terletak di kawasan pesisir pantai.
Menurut orang nomor satu di Kutim ini, Desa Pulau Miang selain memiliki sumber air tawar, juga mempunyai potensi kekayaan alam lainnya yaitu sumur minyak yang masih aktif. “Ada tujuh sumur aktif di Pulau ini namun keberadaannya sudah ditutup. Sedangkan yang satunya lagi dibiarkan terbuka namun sekelilingnya dipagari untuk keamanan dan keselamatan masyarakat sekitar,” ujar Ismunandar.
Dengan adanya tujuh sumur minyak ini, Bupati Ismunandar mengharapkan kepada masyarakat untuk dapat melestarikan dan memelihara keberadaan sumur tersebut. “Tapi masyarakat tetap waspada atas bahaya kebakaran, ledakan atau semburan minyak sewaktu-waktu. Utamakan safetynya terutama anak-anak yang bermain di sekitar sumur minyak,” tegas orang nomor satu di Pemkab Kutim, ketika berkunjung ke desa tersebut belum lama ini.
Menurut mantan Sekretaris Kabupaten ini, keberadaan sumur minyak di desa Pulai Miang dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang potensial bagi peningkatan pendapatan asli daerah. Akses dan fasilitas harus dibenahi dengan baik, kemudian dilakukan promosi agar dikenal luas oleh masyarakat.
”Ini adalah bukti sejarah bahwa Pulau Miang dulunya merupakan penghasil minyak dan ditemukan tujuh titik sumur aktif namun kini sudah ditutup,” kata Ismunandar.
Bahkan menurut warga setempat, hasil minyak bumi itu bisa diolah menjadi minyak tanah, solar dan obat sakit perut atau masuk angin. “Saat ini minyaknya masih berupa minyak mentah lantung, tapi masyarakkat sekitar biasanya mencampur minyak tersebut dengan oli jenis tertentu (oli10) dan mampu menghasilkan solar untuk digunakan sebagai pasokan bahan bakar perahu,” tutur Solehuddin, salah satu warga Desa Pulau Miang.
Luas pulau ini diperkirakan mencapai tiga kilo meter persegi dengan jumlah penduduk lebih dari 500 jiwa. Guna mencapai ke desa tersebut, diperlukan perjalanan lewat laut dengan waktu sekitar 15 menit menggunakan perahu dari Kecamatan Kaliorang.
Bagi sebagian orang, hidup di sebuah pulau yang terbatas dengan hiburan dan riuhnya kemeriahan kota tentunya terasa asing. Namun warga stempat dan sudah bertahun-tahun bahkan turun temurun berdiam di sana, justru terasa aman dan nyaman. Kehidupan di pulau adalah nadi kenyamanan dan kebahagiaan bagi warga setempat.
Kamaruddin, warga lain di desa tersebut menuturkan, hidup di Pulau Miang terasa tenteram, juga aman dari gangguan dunia. Sebab, separuh waktunya diabdikan untuk mencari hidup di laut sekitar Pulau Miang.
"Hidup di sini aman dari gangguan dan terasa tentram. Apalagi saya memang kelahiran desa ini dan memiliki hobi melaut," ungkap Kamaruddin.
Menurutnya, desa itu juga sudah memiliki sarana dan prasarana lainnya. Seperti gedung sekolah untuk pendidikan anak-anak SD, kemudian listrik dan air yang mengaliri lebih dari 200 KK (Kepala Keluarga) dan 500 anggota keluarga.
Desa Pulau Miang telah dihuni sejak ratusan tahun yang lampau. Bahkan pada zaman penjajahan Belanda, Pulau Miang sudah menjadi hunian kaum kolonial. Hal ini diperkuat dengan keberadaan tujuh unit sumur minyak yang menjadi saksi peninggalan Belanda, sekaligus menjadi kekayaan cagar budaya Kutim.
"Masyarakat sudah ratusan tahun bermukim disini, saya hidup dan lahir juga di Pulau Miang ini," ujar Kamaruddin yang lahir 15 Januari 1973.