“Mestinya sekolah dan lingkungan keluarga menjadi tempat utama yang membahagiakan bagi perempuan dan anak,” kata Budi.
Merdeka.com, Kutai Timur - Berbagai kasus pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga, masih sering terdengar melalui pemberitan di berbagai media massa maupun sosial media. Hal ini membuat berbagai kalangan prihatin, sehingga diperlukan solusi terbaik.
Menanggapi hal itu, Staf ahli bupati bidang ekonomi Budi Santoso saat membuka seminar tentang "Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak Dalam Lingkungan Keluarga serta Sekolah" yang digelar Kohati Kutim, mengaku prihatin. Kegiatan ini dinilai sangat tepat dan diharapkan Kohati bisa memberikan perhatian terhadap berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga di daerah ini.
“Mestinya sekolah dan lingkungan keluarga menjadi tempat utama yang membahagiakan bagi mereka (perempuan dan anak) tetapi kenapa malah menjadikan mereka sebagai objek kekerasan,” kata mantan Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Kutim ini.
Budi menyebut khusus di Kaltim, tindak kekerasan terhadap anak masih ada ribuan. Ke depan diharapkan kekerasan tersebut dapat diminimalisasi. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi, keteladanan yang baik perlu dicontohkan kepada anak. Sehingga di masa datang bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat. Menurutnya, moral dan pergaulan yang terjadi saat ini sudah jauh dari nilai luhur serta budaya Indonesia. Karena telah terkontaminasi dengan budaya barat.
“Kita mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melindungi keluarga apa yang dilakukan Korhati Kutim. Dalam bentuk seminar ini tentu sangat baik dalam memberi pemahaman,” sebut Budi.
Kegiatan ini melibatkan banyak peserta seminar, mulai dari Anggota HMI dan HMI-Wati, KAHMI serta para pegawai lingkup Pemkab Kutim. menghadirkan narasumber Hj Eka Komariah Kuncoro yang menjabat sebagai Forhati Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) serta Ketua P2TP2A Kaltim serta Rudianto Sirait dari Polres Kutim.
Sekretaris Kahmi Kutim, Musyaffa menambahkan, jika berbicara mengenai perempuan tentunya sangat lengkap namun juga unik. Dalam bait hymne HMI, mengatakan “turuti Quran dan Hadist jalan keselamatan”.
“Jika itu yang diikuti, Insya Allah tidak ada lagi namanya kekerasan karena semua sudah jelas. Di dalam Alquran dan hadist itu sudah diatur semua, makanya jika itu yang dijadikan pedoman maka tidak ada lagi kekerasan,” kata Musyaffa yang menjabat Kabag Administrasi Penatausahaan Keuangan Setkab Kutim.
Dengan latar belakang tersebut, Forum Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Wati Kutai Timur (Forhati Kutim) menggelar seminar dengan fokus utama penyelamatan perempuan dan anak dari kekerasan. Seminar yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Kartini ini mengusung tema "Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak Dalam Lingkungan Keluarga serta Sekolah". Berlangsung di Ruang Meranti, Kantor Sekretariat Kabupaten Kutim.
Ketua Kohati Kutim Rofiqoh Istiharoh mengatakan, berbagai informasi mengenai kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, masih didominasi kekerasan seksual. Sementara yang ditangani masih sedikit dari pada yang terabaikan.
“Ke depan harus ada sinergitas antara lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah guna melakukan terobosan dalam memberi pemahaman terhadap semua pihak,” harap Rofiqoh.