“Harapan saya, perhatian Pemkab Kutim turun tangan mengantisipasi terjadinya pencurian telur penyu di sana,” kata Budiman.
Merdeka.com, Kutai Timur - Belum banyak yang mengetahui, jika di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) memiliki potensi wisata alam yang sangat indah. Eksotisme bahwa lautnya sangat menawan, bahkan tidak kalah menariknya dengan Pulau Derawan di Berau di Manado.
Untuk menuju ke sana, memang diperlukan perjuangan ekstra dan hati-hati. Namun setelah perjalanan panjang dan melelahkan, terbayar jika sudah sampai di lokasi dan melihat keindahan alam sekitarnya.
Dua pekan lalu selama tiga hari dua malam, sejak Sabtu (22/4) hingga Senin (24/4) rombongan organisasi pemuda penggiat alam dan lingkungan, tergabung dalam Pemuda Peduli Potensi Pariwisata (PETA) Kutai Timur (Kutim) melakukan perjalanan panjang menuju Pulau Birah-birahan di Desa Manubar, Kecamatan Sandaran. Tidak gampang menginjakkan kaki di perbatasan hidung Kalimatan dan Sulawesi semenanjung perairan Selat Makassar ini.
Memulai perjalanan dari Pelabuhan Kenyamukan Sangatta Utara, menempuh waktu hampir tujuh jam melewati lautan lepas dengan gelombang normal sekitar satu meter dan cuaca tidak bersahabat hujan rintik turun. Tim menggunakan kapal motor kayu berukuran panjang 10 x 2 meter, awak kapal rombongan dipimpin oleh kapten kapal bernama yusuf.
Rasa lelah dan bosan selama mengarungi lautan terbayarkan dengan pemandangan landscape (panorama) Pulau Birah-Birahan. Sebelum bersandar dari kejauhan bentangan sisi luar pulau ini nampak didominasi pepohonan mangrove sudah membuat hati berdecak kagum. Air laut nyaris tanpa sampah dan warna biru tosca seolah menghipnotis sekejap, begitu amboinya surga pesisir kebanggaan Kutim ini.
Ada dermaga sepanjang 100 meter berbahan kayu, namun kondisinya sebagian sudah rusak dan sedikit tak terawat. Melanjutkan jalan kaki di area masuk dermaga pengunjung akan ditemui dua bangunan yaitu sebuah rumah milik penjaga Pulau Birah-birahan bernama Budiman dan aula berwarna cokelat sumbangsih bantuan dari Pemkab Kutim.
Budiman mengatakan saat ini kondisi pulau dalam keadaan darurat, pasalnya beberapa waktu lalu masih marak nelayan nakal melakukan pemboman mencari ikan dalam jumlah banyak di dekat area pulau. Tidak hanya itu tempat ini menjadi satu-satunya pulau di Kutim sebagai habitat penyu sisik dan penyu hijau yang jumlahnya sudah berkurang.
“Harapan saya, perhatian Pemkab Kutim bisa turun tangan mengantisipasi terjadinya pencurian telur penyu dengan melakukan penjagaan khusus keamanan pulau. Sebagian terumbu karang yang menjadi rumah ikan juga ada yang rusak akibat pemboman. Bisa diganti dengan penanaman terumbu karang buatan, untuk menjaga kembali ekosistem laut Birah-Birahan,” ucap Budiman.
Pria asal Sungai Dama Samarinda ini menambahkan perlu dukungan Pemkab Kutim agar membuat areal konservasi telur penyu. Selama ini pasca penyu bertelur, ketika telur disimpan di dalam tanah menjadi santapan makanan hewan lain yaitu biawak. Jika dibiarkan populasi penyu bakal terancam. Pemkab Kutim dalam pengambil kebijakan bisa membuat perencanaan matang meningkatkan fasilitas di pulau ini. Terutama membuat infrastruktur konservasi penyu yang nantinya bisa dijadikan objek wisata sekaligus edukasi. Hasilnya kunjungan wisata ke Birah-Birahan apabila populer tentunya menghasilkan PAD (pendapatan asli daerah).
Sementara itu, Ketua PETA Heriansyah Masdar mengutarakan pendapat dari kacamata penggiat alam dan lingkungan turut menyuarakan bahwa Birah-Birahan memiliki potensi alam bawah luat yang luar biasa. Belum lagi keadaan pulau ini masih terjaga, namun masih belum dikembangkan secara maksimal. Venue untuk olahraga maupun penikmat Diving (selam) belum tersedia. Sebagai tambahan kebanggan pulau ini yaitu penyu.
“Tak kalah dengan Berau, Kutim juga punya icon penyu hewan yang dilindungi dan di lestarikan keberadaannya. Penyu sisik maupun penyu hijau setiap hari bertelur di pulau ini. Kami minta dukungan Pemkab memperhatikan kelangsungan hidup hewan reptile ini. Areal konservasi sangat penting,” ujarnya.
Heri sapaan akrabnya, menambahkan transportasi kapal reguler minimal satu bulan melayani rute menuju Birah-Birahan menuju peningkatan pengunjung lebih mengenal pulau ini. Terutama wisatawan diluar Kecamatan Sandaran. Diskusi perencanaan pemerintah maupun swasta untuk berinvestasi di pulau ini bisa dilakukan melibatkan organisasi maupun komunitas penggiat alam Kutim. Agar lebih baik mengangkat potensi pariwisata Kutim.