“Salah satu contohnya ketika turunnya Orde Lama, juga merupakan andil dari mahasiswa,” kata Kasmidi.
Merdeka.com, Kutai Timur - Wakil Bupati (Wabup) Kasmidi Bulang mengatakan, mahasiswa yang aktif dalam organisasi, baik di kampus maupun luar kampus bisa dinilai cenderung kritis. Bahkan pergerakan mahasiswa juga mampu mempengaruhi peristiwa besar di suatu negara.
“Salah satu contohnya ketika turunnya orde lama, juga merupakan andil dari mahasiswa. Ini sebagai gambaran bahwa mahasiswa memiliki peran terhadap kehidupan bangsa dan negara,” kata Kasmidi ketika membuka Seminar Nasional garapan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kutim, Kamis (2/11) lalu, di ruang Meranti, kantor bupati.
Dikatkan Wabup, dalam organisasi menggambarkan jati diri mahasiswa itu sendiri. Bagi mahasiswa yang pernah tergabung dalam organisasi di kampus maupun di luar kampus akan terlihat kualitasnya. Karena dengan mengikuti organisasi, mahasiswa ditempa menjadi kritis namun dituntut pula dapat memberikan solusi.
“Sudah banyak pergerakan mahasiswa yang mempengaruhi peristiwa besar di setiap Negara, seperti runtuhnya rezim orde lama yang juga merupakan andil dari mahasiswa. Untuk itu mahasiswa harus kritis dalam menyiapkan Kutai Timur ke depan karena selanjutnya kepemimpinan pasti akan berganti dan diteruskan oleh para adik-adik Mahasiswa,” ujar orang nomor dua di Kutim ini.
Seminar ini menghadirkan narasumber Dwi Winarno Ketua Bidang Kaderisasi Pengurus Besar PMII tahun 2011 hingga 2013. Selain itu juga hadir sejumlah tokoh, seperti anggota DPRD Kutim Sobirin Bagus, Kepala Bagian Sosial Andi Abdul Rahman, ketua MUI Kutim H Muhammad Adam, Majelis Pembina Cabang Kutim Imam Syafi’i, perwakilan FKPD, beberapa organisasi kepemudaan, KNPI, GMNI, IMM, HMI, Badan Eksekutif Mahasiswa STIE, STIPER dan STAIS.
Ketua umum pengurus cabang PMII Suci Nastiti mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan dapat melahirkan pemimpin yang bertanggung jawab, memiliki loyalitas dan mampu bekerja keras demi menciptakan kader-kader berkualitas bukan hanya untuk PMII saja melainkan untuk agama, nusa dan bangsa.
Narasumber Dwi Winarno juga mengatakan, mahasiswa dan generasi muda sebagai suatu bangsa dapat memahami konteks perang ideologi atau perang pemikiran yang sekarang sedang berlangsung di Indonesia dan terjadi secara global. “Kalau masyarakat di Kutai Timur bisa memahami pentingnya soal perang ideologi diharapkan yang bersifat transnasional bisa dicegah secara aktif sehingga tidak menciderai posisi pancasila sebagai ideologi bangsa,” jelasnya.