"Hal ini menunjukkan keberhasilan BKPRMI Kutim dalam melakukan pembinaan kepada seluruh TK/TPA se-Kutim,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Wisuda santri TK/TPA di kecamatan Kongbeng, kabupaten Kutai Timur pekan lalu tampak berbeda. Sebab, dari ratusan santri yang diwisuda 10 terbaiknya semuanya wanita.
“Ini luar biasa. Hal ini menunjukkan keberhasilan BKPRMI Kutim dalam melakukan pembinaan kepada seluruh TK/TPA se-Kutim,” kata Bupati Kutim Ismunandar ketika menghadiri wisuda santri cilik tersebut.
Menurut Ismunandar, setiap ada tabliq akbar di Kecamatan Kongbeng wanita selalu mendominasi tingkat kehadiran. Ini menandakan banyak wanita dari Kecamatan Kongbeng masuk surga, Insyaallah (jika Allah berkehendak).
Tentang kenakalan remaja, apakah itu penggunaan narkoba dan lainnya, menurut Bupati dapat ditanggulangi dengan cara menggiatkan acara keagamaan. Sebagai bekal untuk anak-anak, sehingga kedepan peredaran narkoba dapat berkurang dan pelaku yang datang menjual dapat diberi sanksi tegas.
“Lanjut dan terus tingkatkan pembinaan ini, karena Kecamatan Kongbeng dari dulu sampai sekarang selalu memperhatikan kegiatan keagamaan. Sehingga suasana yang kondusif bisa terjaga dengan baik,” harap Bupati.
Sekedar diketahui, sebelum prosesi wisuda 213 santri, Bupati lebih dulu menyerahkan piala serta piagam kepada 10 peserta dengan nilai tertinggi. Tabliq akbar juga menghadirkan M Yusrul Hanna Al hafidz dari Samarinda.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Daerah BKPRMI Kutim Muhammad Arafah melaporkan wisuda santri cilik tahun ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan DPK BKPRMI Kongbeng. Menjadi yang terbesar karena dirangkai dengan tabliq akbar.
“Data santri TKA/TPA 2016/2017 mencapai 24 ribu anak, guru ngaji 2200 dengan 439 unit se Kutim, dan merupakan santri serta guru ngaji terbesar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim),” jelas Arafah.
Kegiatan dimaksud menurutnya merupakan apresiasi besar dari masyarakat untuk membumikan program baca dan mengamalkan Alquran. Demi meraih keberkahan dan limpahan rahmat Allah SWT di Kutim,” jelas Arafah.
Dia menambahkan, ada dua faktor yang saat ini dianggap merusak generasi muda, khususnya generasi masjid Indonesia. Yaitu narkoba dan media sosial. Dari informasi Kapolsek Kongbeng bahwa di kecamatan pemekaran dari Muara Wahau ini menjadi daerah yang rawan terhadap pergerakan narkoba. Untuk itu orang tua diharapkan dapat membantu guru-guru agama memperhatikan dan memperbaiki pondasi mental anak. Serta membentengi diri dari narkoba maupun media sosial melalui pembinaan agama.