1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Dari diskusi panel, tarif PDAM Kutim masih lebih murah

“Tarif PDAM Kutim paling rendah se-Kaltim, untuk itu diadakan evaluasi, sehingga perlu dilakukan penyesuaian,” kata Rupiansyah.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekkab Kutim Rupiansyah ketika membuka diskusi panel penyesuaian tarif PDAM belum lama ini. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Minggu, 05 Maret 2017 12:41

Merdeka.com, Kutai Timur - Guna mencari solusi terbaik masalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kutim, perusahaan plat merah itu, belum lama ini menggelar diskusi panel dengan mengundang berbagai pihak. Salah satunya PDAM mengusulkan adanya kenaikan harga atau tarif air bersih yang dipasok kepada pelanggan selama ini. Acara itu dirangkai dengan sosialisasi perhitungan tarif air yang “full cost recovery (FCR)” atau menutup biaya secara penuh.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekertaris Kabupaten Rupiansyah yang membuka diskusi panel tersebut mengatakan, PDAM Kutim sekarang ini masih mendapatkan suntikan dana dari Pemerintah Daerah (Pemda). Hingga sekarang operasionalnya masih menggunakan genset berbahan bakar solar industry. Dengan beban belanja BBM mencapai Rp 30 miliar lebih pertahun. Menurutnya belanja bahan bakar ini termasuk besar.  

Selain Rupiansyah, diskusi ini juga dihadiri Wakil Ketua I DPRD Kutim Yulianus Palangiran, Anggota DPRD Kutim Herlang Mappatitti, Camat Sangatta Utara, OPD terkait, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Organisasi Kepemudaan (OKP), tokoh masyarakat. Melengkapi diskusi pihak panitia juga menghadirkan narasumber dari perwakilan BPKP RI Purwoko Hadi dan dari PDM sendiri Aji Mirni Mawarni.

“Tarif PDAM Kutim memang masih sangat rendah se-Kalimantan Timur (Kaltim). Untuk itu diadakan evaluasi, sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Kita memahami bahwa kondisi ekonomi saat ini sedang menurun (devisit) utamanya Kutim,” jelas Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tersebut.

Diskusi penyesuaian tarif air PDAM Kutim ini diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi untuk perbaikan ke depan. Dengan harapan PDAM juga mampu mandiri dan berdiri sendiri. Agar bisa memberikan kontribusi untuk pembagunan Kutim dimasa datang.

Dikatakan, Pemkab juga telah meresmikan peralatan operasi pipa (WTP) Kudungga 50 liter/detik. Upaya ini dilakukan agar cakupan layanan PDAM sebagai perpanjangan tangan Pemkab semakin baik. Diharapkan di perkotaan maupun di perdesaan semuanya bisa terlayani secara baik.

Direktur Utama PDAM Aji Mirni Mawarni menjelaskan, pihaknya saat ini telah melayani 17 Kecamatan dari 18 Kecamatan. Dengan total cakupan layanan 29 persen.

“Ini masih jauh dari target nasional yang ditetapkan 69 persen. Namun PDAM tetap optimis dalam meningkatkan cakupan pelayanan dikarenakan adanya dukungan luar biasa dari Pemerintah Provinsi maupun Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim dan Masyarakat,” ujarnya.

Untuk itu dia berterima kasih kepada seluruh stakeholder yang telah membantu dan mendukung PDAM hingga bisa tetap mengawal pembagunan. Dia meminta semua pihak tetap mendukung dan mendoakan agar PDAM Kutim dapat melayani masyarakat dengan pelayanan prima.

Aji Mirni juga memaparkan kepada peserta diskusi bahwa tarif lama yang diberlakukan oleh PDAM Kutim saat ini belum bisa menutupi biaya secara penuh. Dengan harga jual masih rendah dari harga pokok produksi. Berdasarkan hasil audit kinerja 2015, harga jual Rp 5.103,98 per meter kubik. Sementara harga pokok produksi sebesar Rp 9.433,73 per meter kubik. Dikarenakan tiap tahun selalu terjadi kenaikan bahan baku, seperti BBM, bahan kimia, material sambungan rumah, jaringan dan asesoris pipa serta adanya pemeliharaan genset dan pompa.

“Alasan penyesuaian (tariff) agar dapat mandiri tidak tergantung pada subsidi pemerintah, peningkatan layanan berkualitas. Continue (berkelanjutan) adanya peremajaan peralatan produksi, tersedianya bahan baku, mempercepat peningkatan layanan serta kemampuan PDAM dalam berinvestasi,” jelas Mirni Mawarni.

(AJ/AJ)
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA