1. KUTAI TIMUR
  2. KOMUNITAS

Masiswa UGM diminta aplikasikan ilmunya bantu masyarakat di Sangsel

“Desa Sangatta Selatan (Sangsel) dengan pemukiman padat, fasilitas umum yang banyak dan baru saja ‘merdeka’ dari TNK,” kata Ismunandar.

Bupati Ismunandar menyalami dan mengucapkan selamat datang kepada mahasiswa UGM Yogyakarta yang melakukan KKN-PPM di Sangatta Selatan. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Jum'at, 16 Juni 2017 09:19

Merdeka.com, Kutai Timur - Sebanyak 27 mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, kini melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sangatta Selatan, kecamatan Sangatta Selatan (Sangsel), Kabupaten Kutai Timur. Ketika menerima mahasiswa yang akan ber-KKN itu, bupati Ismunandar meminta agar para mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu di bangku kuliah untuk membantu masyarakat di desa Sangatta Selatan.

KKN dengan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) ini dilakukan selama dua bulan ke depan. Bupati Ismunandar sendiri sangat senang dan mendukung adanya KKN-PPM ini, karena program ini akan berdampak positif bagi masyarakat di sini (Sangatta Selatan).

“Saya berharap, adik-adik mahasiswa bisa melihat realita di lapangan. Karena Desa Sangatta Selatan dengan pemukiman padat, fasilitas umum yang banyak dan baru saja ‘merdeka’ dari TNK (Taman Nasional Kutai). Semoga disiplin ilmu yang diperoleh selama kuliah dapat dipraktikkan di lapangan,” kata Ismunandar.

Sebagai tambahan wawasan, mantan Sekretaris Kabupaten Kutim ini menjelaskan bahwa Kecamatan Sangatta Selatan berbatasan langsung dengan TNK. Di dalamnya ada potensi wisata alam dan baru saja menikmati enclave dari Pemerintah Pusat. Sangatta Selatan memiliki berbagai keunikan di antaranya seperti pohon ulin terbesar di dunia berdiameter mencapai 2,47 meter.

Ismu mengatakan, penetapan TNK dengan fakta ternyata sudah lebih dulu ada masyarakat yang tinggal di dalamnya, bahkan sejak lama, adalah suatu kekeliruan. Untuk itu kondisi ini harusnya menjadi pembelajaran untuk semua pihak, terutama Pemerintah Pusat. Agar tidak memandang Indonesia dari sebelah mata, yakni tidak melihat fakta kondisi di daerah.

Selanjutnya berkat persetujuan enclave tersebut, akhirnya sejak 2016 Pemkab Kutim sudah bisa menyalurkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk Kecamatan Sangatta Selatan.

“Desa Sangatta Selatan dipersiapkan menjadi desa percontohan, untuk desa perkotaan. Di dalamnya ada sektor pendidikan dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM), sosial budaya dan penanganan kesehatan masyarakat,” ungkap Ismu.

Camat Sangatta Selatan Hasdiah menambahkan, saat ini penduduk di wilayahnya mencapai 23.441 jiwa, 6.155 kepala keluarga (KK) dengan 128 Rukun Tetangga (Rt) dan memiliki 33 Dusun tersebar di tiga desa dan satu kelurahan. Seperti Desa Sangatta Selatan, Sangkima serta Desa Teluk Singkama dan Kelurahan Singa Geweh.

“Kecamatan Sangatta Selatan dihuni berbagai macam suku diantaranya Kutai, Banjar, Dayak, Jawa dan Bugis dengan luas wilayah 50 ribu Km2 dengan berbagai karasteristik,” ujar Hasdiah.   

KKN-PPM menurut Hasdiah merupakan salah satu cara pendekatan kepada masyarakat sebagai wujud pengimplementasian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sehingga dapat memberikan manfaat agar dapat berhasil guna. Selain pengimplementasian ilmu, mahasiswa hendaknya memperhatikan adat istiadat serta aturan-aturan yang ditetapkan kampus.

“Bangun komunikasi dengan semua pihak, semoga kehadiran adik-adik di Kecamatan Sangatta Selatan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak,” harap Hasdiah.  

Ketua rombongan Fathi Almirhea KKN-PPM UGM menjelaskan bahwa tujuan ia dan rekan-rekannya ke Kutim adalah melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Di antaranya berkewajiban melaksanakan KKN-PPM agar dapat meningkatkan kepekaan masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan kesejahteraan di wilahnya masing-masing.

Dia menjelaskan KKN-PPM yang bakal berlangsung selama dua bulan ini mengusung tema “Pembangunan Kawasan Pinggiran Hutan Agribis-Lestari Berbasis Information Comunication dan Technology (ICT) Untuk Pengembangan Potensi Wilayah”. Menuut dia ICT penting dalam pengembangan kapasitas masyarakat.      

“Kami datang mencari masalah untuk (selanjutnya) menemukan solusi yang terbaik sesuai disiplin ilmu. Semoga kegiatan serupa dapat dilanjutkan hingga masa yang akan datang,” jelas Fathi Almirhea Mahasiswi Fakultas Geologi UGM Yogyakarta.

(AJ/AJ)
  1. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA