“Jika punya bekal pengetahuan dan bahasa asing yang bagus, tak ada masalah memberikan pelayanan kepada turis asing,” kata Irwan.
Merdeka.com, Kutai Timur - Potensi kekayaan alam seperti karst, menjadi daya tarik tesendiri bagi wisatawan petualangan. Guna mengantisipasi meledaknya wisatawan ke sana, Forum Peduli Karst Kutai Timur (FPKKT), bakal membuka sekolah panjat tebing. Hal ini diprioritaskan bagi pemuda lokal, untuk persiapan memberikan pelayanan kepada turis yang datang.
Bahkan pemuda-pemuda lokal itu nanti, juga diberikan pelajaran bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan guna mengantisipasi membanjirnya wisatawan asing di masa mendatang. “Jika sudah punya bekal pengetahuan dan bahasa asing yang bagus, tidak ada masalah memberikan pelayanan kepada turis asing,” kata Ketua FPKKT Irwan Ridwan.
Bahkan mulai Jumat (7/7) besok FPKKT juga menggelar ekspedisi panjat tebing Karst Sangkulirang Tanjung Mangkalihat. Dijadwalkan, kegiatan ini berlangsung hingga Selasa (11/7) mendatang. Dua hari pertama akan digelar di Sangatta yaitu teori tentang pemanjatan yang safety dan juga pengenalan alat-alat panjat. Seperti cara pasang sabuk kekang (harness), mencantumkan tali tubuh ke alat penambat (belay), hingga semangat menyelesaikan pemanjatan langsung. Disampaikan pemateri pria bernama asli Mamat Sumara Salim itu.
“Selanjutnya selama empat hari akan digeber praktek pemanjatan di area Pegunungan Karst Araya Kecamatan Karangan,” jelas Irwan.
Araya dijadikan tempat praktik lokasinya strategis dan mudah. Untuk diketahui tebing karst ini memiliki panjang 50 meter hingga 100 meter. Dari jalan raya utama aksesnya cukup mudah berjarak hanya 5 kilometer menggunakan sepeda motor maupun mobil. Sebagai tambahan, FPPKT dan EAST memfokuskan kegiatan ini untuk menggodok sekaligus memberikan keterampilan (skill) dan pengetahuan khususnya buat pemuda-pemuda lokal setempat.
Hasilnya yaitu keahlian memanjat bagi Sumber Daya Manusia (SDM) lokal dan sertifikasi. Karena wisata ke depan harus ada kompetensi lokal tidak perlu mendatangkan tenaga pengajar luar. Selajutnya direncanakan program ditindaklanjuti dengan sekolah bahasa Inggris. Agar peserta juga mahir berkomunikasi dengan wisatawan asing. Menurut Irwan, komposisi kuota program ini fokus pada anak-anak lokal dulu, sebab pariwisata yang berhasil bisa menyejahterakan masyarakatnya.
“Fokusnya kami memberikan pelatihan panjat tebing ini secara gratis untuk memberdayakan pemuda-pemuda lokal, agar tidak menjadi penonton. Mereka harus memiliki dan melestarikan karst ini sebagai situs warisan dunia (World Heritage). Pasalnya inilah kekayaan alam Kutim yang tidak dimiliki daerah lain. Kesempatan kita mengharumkan Kutim di kancah pariwisata Indonesia bahkan Internasional,” tegasnya.
Irwan menambahkan di kegiatan panjat tebing nanti, peserta yang sudah terdaftar sesuai dengan kuota panitia sebanyak 60 orang. Rata-rata pemuda lokal setempat dari daerah Karangan dan Sangkulirang. Nantinya setelah melaksanakan praktik, peserta mendapatkan sertifikasi lisensi panjat tebing Internasional yang dikeluarkan oleh EAST.
“Sertifikasi ini sangat penting sebagai pintu masuk masuk kompetensi panjat tebing. Nantinya mereka akan menjadi tenaga pemandu (guide) profesional untuk mendukung wisata petualangan adrenaline bagi penyuka jiwa adventure. Sekaligus terus mengenalkan dan mempromosikan karst Kutim selalu menjadi primadona yang tak lekang oleh waktu,” tambah Irwan.
Selanjutnya kata pria yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Kutim ini mengungkapkan setelah adanya kegiatan praktek ini, FPKKT akan melanjutkan sekolah panjat tebing secara berkelanjutan. Setelah berjalan secara efektif menghasilkan program wisata trip adventure ke Karst dijual ke luar untuk mendapatkan pendapatan asli daerah (PAD).
“Karst kita beragam kita jual sisi adventurenya, kita tidak bisa mengikuti di Pulau Jawa jadi sudah terlambat dan tak perlu duplikasi. Cukup di jalan jalan provinsi ada penyewaan mobil mobil double ataupun mobil trail menuju ke karst memudahkan transportasi ke area wisata alam. Dinding karst yang akan dipersiapkan rata-rata paling jauh 1 kilometer saja ada di Las Merah dan Araya. Tidak semua jalur karst kita buka, yang mudah saja aksesnya,” katanya.