1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Proses peningkatan keilmuan, jangan ganggu rutinitas pelayanan

"Sebab, kebanyakan calon peserta pendidikan sudah mengabdi, baik di rumah sakit maupun Puskesmas," kata Syafruddin.

Asisten pemerintahan umum Syafruddin saat memimpin rapat pelaksanaan sosialisasi pendidikan keperawatan di ruang Arau, kantor bupati. ©2016 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Jum'at, 16 September 2016 12:31

Merdeka.com, Kutai Timur - Peningkatan kompetensi perawat sangat penting untuk mengimbangi semakin tingginya teknologi kedokteran sekarang ini. Meski demikian, sebagai perawat maupun tenaga medis, pelayanan kepada pasien harus diutamakan dan jangan sampai mengganggu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Pernyataan itu diungkapkan Asisten Pemerintahan Umum Sekretaris Kabupaten Syafruddin saat membuka sosialisasi program pendidikan keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Wiyata Husada Samarinda, di ruang Arau, Sekretariat Kabupaten, Rabu (14/9/2016) lalu.

“Namum dalam proses peningkatan keilmuan tersebut, jangan sampai mengganggu rutinitas pelayanan. Baik itu di Rumah Sakit maupun di Puskesmas. Karena kebanyakan calon peserta pendidikan sudah mengabdi (di Kutim), baik di rumah sakit maupun di Puskesmas” kata Syafruddin.

Syafruddin menjelaskan, pengembangan pengetahuan baik itu perawat maupun bidan terutama di Kabupaten Kutim sangat penting. Untuk itu program pendidikan seperti pendidikan keperawatan pasti didukung oleh Pemkab Kutim. Selanjutnya tinggal bagaimana mengatur kerjasama dimaksud dengan format yang baik dan tidak mengganggu pelayanan.

Kegiatan yang juga dihadiri Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim dr Aisyah, Kepala Bidang Pengembangan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sudirman Latif, sejumlah calon peserta program pendidikan, serta Ketua STIKES Wiyata Husada Samarinda Edy Mulyono bersama jajaran.

Sementara untuk kesepakatan awal proses pendidikan nanti akan menggunakan waktu di mana para perawat dan bidan bekerja dan menjalankan rutinitasnya sehari-hari sebagai tenaga medis. Pengaturan waktu diatur sedemikian rupa, agar waktu yang dipakai untuk pelayanan tetap terjaga. Perawat dapat menempuh pendidikan, di lain sisi warga juga mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal. Kepastian pendidikan keperawatan jarak jauh ini akan dibicarakan lebih lanjut oleh istansi terkait seperti BKD dan Dinkes.

Dalam sosialisasi pendidikan keperawantan tersebut STIKES Wiyata Husada Samarinda menawarkan kelas jauh guna membantu meningkatkan kompetensi tenaga medis. Dari awalnya Diploma menjadi S1 dalam waktu 2,5 tahun. Terdiri dari program pendidikan tahap akademik dan profesi.  

Ketua STIKES Wiyata Husada Samarinda Edy Mulyono menjelaskan, program ini telah menggunakan SCL (Student Centered Learning) yaitu pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Sedangkan para dosen pengajaran yang terdiri dari S2 dan S3 hanya fasilitator yang dipilih berdasarkan kualifikasi dan kompentesinnya masing-masing.

“Kita jadwalkan perkuliahan hari Jumat, Sabtu, Minggu. Nanti jangan mengeluh apabila lebih banyak tugas dan penggalian di lapangan, mengingat konsep pembelajaran berpusat pada mahasiswa, dosen sebagai fasilitator saja,” terang Edy.

Sosialisasi hari itu juga diisi dialog yang menghasilkan beberapa saran, seperti dari BKD yang lebih menekankan adanya MoU (Memorandum of Understanding) agar ke depan pembiayaan dari masing-masing calon mahasiswa dapat dibantu melalui program Pemkab Kutim.  Sementara dari Dinkes meminta agar ada kejelasan sistem pengajaran mengingat ada sejumlah calon peserta didik berkerja di Dinkes yang nantinya bisa saja kesulitan saat menjalani profesi.

“Kalau teman-teman perawat yang bertugas di rumah sakit lebih mudah praktiknya, karena berinteraksi dengan pasien. Tetapi bagi teman-teman yang bertugas di Dinas Kesehatan akan kesulitan dalam praktik pada tahapan profesi,” sebut Aisyah.

 

(AJ/AJ)
  1. Pendidikan
  2. Kesehatan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA