"Hidup di sini (Pulau Miang) terasa tenteram dan aman dari gangguan dunia luar," kata Kamaruddin.
Merdeka.com, Kutai Timur - Dari 135 desa dan kelurahan yang ada di Kutai Timur, tetunya banyak memiliki potensi masing-masing untuk dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Salah satunya adalah desa Pulau Miang, yang berpenduduk sekitar 500 jiwa atau 200 Kepala Keluarga (KK), mempunyai sepenggal cerita yang cukup menarik.
Bahkan desa ini bisa dijadikan destinasi untuk tujuan wisata, karena memiliki keunggulan dan tak dipunyai desa lainnya di Kutai Timur. Untuk menuju ke desa Pulau Miang, diperlukan perjalanan laut sekitar 45 menit dari Sangkulirang, menggunakan sebuah kendaraan air yang disebut longboat. Namun apabila menggunakan perahu kayu dengan mesih kecil yang biasa digunakan masyarakat setempat sebagai alat transportasi, memerlukan waktu sekitar satu jam hingga satu jam setengah.
Luas pulau ini diperkirakan sekitar tiga kilometer persegi. Namun penduduk di sana cukup tenteram dengan kehidupan yang dijalani selama ini. Meski fasilitas agak terbatas (tidak sama seperti di kota), namun masyarakat di Pulau Miang tetap menjalani kehidupan bermasyarakat dengan baik. Satu sama lainnya saling mendukung, membantu dan bersosialisasi dengan baik.
Desa Pulau Miang, masuk wilayah kecamatan Sangkulirang. Bagi sebagian orang, hidup di sebuah pulau yang terbatas dengan hiburan dan riuhnya kemeriahan kota tentunya terasa terasing. Pasti banyak pertimbangan, untuk memutuskan tinggal di pulau yang terpencil seperti di Pulau Miang. Tapi bagi warga di sana (Pulau Miang), hidup di desa itu cukup nyaman dan bahagia, karena tidak ada kebisingan seperti di kota.
"Hidup di sini (Pulau Miang terasa tenteram dan aman dari gangguan dunia. Sebagian besar warga di sini adalah nelayan," kata Kamaruddin, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pulau Miang.
Dikatakan, di desanya ditetapkan menjadi desa sejak tahun 2005 silam. Sebelumnya hanya sebuah pulau saja dan bergabung dengan desa lainnya. Karena perkembangan penduduk di sini sudah lumayan dan terpencil, kemungkinan menjadi salah satu pertimbangan dijadikan desa definitif, sehingga memudahkan masyarakat berurusan masalah administrasi, seperti kependudukan dan sebagainya.
Menurut Kamaruddin, Pulau Miang telah dihuni sejak ratusan tahun yang lampau. Bahkan pada zaman penjajahan Belanda, Pulau Miang sudah menjadi hunian kaum kolonial. Hal itu diperkuat dengan keberadaan empat unit sumur minyak bor yang menjadi saksi peninggalan Belanda, sekaligus menjadi kekayaan cagar budaya Kutim.
Kamaruddin yang lahir 15 Januari 1973 ini, mengaku sudah bermukim sejak lahir dan turun temurun sejak ayah dan neneknya sudha hidup di sana (Pulau Miang).
Meski desanya terpencil, sarana pendidikan untuk sekolah dasar sudah ada. kemudian air dan listrik. Sedangkan untuk kebutuhan air, ada sumur di desa itu yang tak pernah kering, sehingga dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih warga setempat.
Yang mengherankan, air sumur yang ada merupakan air tawar dan tidak pernah kering meski pada musim kemarau. Meski desanya dikeliling laut, namun airnya cukup baik dan layak dikonsumsi untuk kepentingan masyarakat. "Mungkin ini karena rezeki yang diberikan Tuhan, sehingga masyarakat tidak perlu mencari air bersih ke luar karena sulit jika harus keluar pulau," kata Kamaruddin.
Dua sumur yang digali dengan kedalamanya sekitar 7 meter ini dibuat secara berdampingan. Sejak tahun 1980-an kedua sumur menjadi sumber komsumsi air bersih lebih dari 200 KK dan 500 anggota keluarga.
Sebelum ada sumur tersebut, warga selalu mencari air bersih ke luar menggunakan perahu. Secara bergantian, warga pergi ke Sangkulirang mencari air bersih untuk kepentingan memasak dan konsumsi lainnya. Dengan adanya sumur itu, warga merasa bersyukur tidak perlu susah-susah lagi mencari air ke luar Pulau.
Usman, salah seorang warga di sana menuturkan, dengan adanya sumur dan listrik, warga menjadi lebih tenteram hidup di desa ini. Meski hidup sederhana, namun ketenteraman lebih diutamakan dan tidak ada gangguan kebisingan dan lainnya.
Meski banyak digunakan oleh warga, kondisi air sumur tidak pernah kering walaupun musim kemarau. Demikian juga saat musim hujan, tidak pernah meluber. "Airnya tetap segitu aja. Kedua sumur ini dipasangi mesin pompa dengan jalur pipa yang sama. Terserah aja kita mau gunakan yang mana," ujarnya.
Di sekitar kawasan laut Pulau Miang, warga pernah menemukan hiu tutul yang langka dan cukup cantik dilihat. Hal seperti itu bisa dijadikan destinasi wisata bagi warga luar yang akan melihat keindahan laut dan keunikan desa Pulau Miang itu sendiri.