“Di Kutim cukup banyak etnis Bali mendiami di enam kecamatan. Saya ucapkan selamat merayakan Nyepi,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Pelaksanaan hari raya nyepi bagi warga yang menganut agama Hindu, bukan hanya digelar di Pulau Dewata, Bali saja. Banyak warga Hindu di Kutim juga turut merayakannya di sejumlah daerah, termasuk di ibukota kabupaten, Sangatta.
Warga etnis Bali yang bermukim di Kutai Timur (Kutim) terbilang cukup banyak dan tersebar di enam kecamatan diantaranya Sangatta Utara, Kaubun, Kaliorang, dan Rantau Pulung. Mereka merayakan Tahun Baru Saka 1939, pada 2017 ini, Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kutim mengisinya dengan seabrek kegiatan keagamaan.
Antara lain Upacara Melasti yang dipusatkan di Pantai Teluk Lombok, yang digelar pada Minggu (26/3) lalu, kemudian menggelar parade budaya Ogoh-ogoh, Senin (27/3) kemarin. Khusus arak-arakan Ogoh-Ogoh mengambil start dari Pura Dharma Prima Jagadnatha, Kompleks Perumahan Bumi Etam, Swarga Bara.
Bupati Kutim Ismunandar didampingi Wakil Bupati Kasmidi Bulang tak mau ketinggalan dalam semarak budaya Indonesia Satu. Hal ini tergambarkan dengan hadirnya orang nomor satu Pemkab Kutim itu melepas peserta parade budaya dan keagamaan tersebut. Tidak hanya satu, patung Ogoh-ogoh menggambarkan Rahwana, ada juga kesenian musik Bali diarak mengelilingi Kota Sangatta dengan menggunakan mobil.
“Ini tahun kedua Kutim turut menjadikan Bali-nya Kaltim memeriahkan Nyepi. Sebagai tanda kebhinekaan sebagai landasan toleransi dalam menjalankan kehidupan beragama satu sama lain. Jadikan Kutim juga sebagai Bali. Di Kutim cukup banyak etnis Bali mendiami di enam kecamatan. Saya ucapkan selamat merayakan Nyepi,” tegas Bupati.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indinesia (PHDI) Kutim, I Gusti Bagus Oka dalam kesempatan itu mengutarakan perayaan nyepi ini bersamaan dengan enam kecamatan di Kutim yang menggelar kegiatan serupa. Khusus di Sangatta Utara, dipusatkan di Pura Dharma Prima Jagadnatha. Oka, sapaan akrabnya mengatakan parade dimeriahkan dengan empat rombongan mobil mengambil rute start dari pura menuju Patung Singa dan kembali ke arah Town Hall, finish di Pura. Setelah parade ogoh-ogoh, warga Bali akan melanjutkan rangkaian perayaan Nyepi yaitu upacara Tawur Agung Kesanga.
“Setelah acara Tawur Agung Kesanga yaitu Catur Brata Penyepian pada Selasa (28/3) yaitu intropeksi umat Hindu dengan cara amati gni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungaan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mencari hiburan) selama 24 jam,” jelas Oka.
Tujuan utama dari perayaan Nyepi itu sendiri adalah untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sanghyang Widhi Wasa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrococmos (alam semesta). Oka menerangkan ketika dihubungkan dengan tema Hari Raya Nyepi kali ini, dapat mengenal suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.