"Energy ini sangat positif, karena ramah lingkungan," kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Ketika Bupati Kutai Timur Ismunandara melakukan blusukan ke kecamatan, bukan hanya bertemu dengan masyarakat. Namun juga bertemu berbagai kalangan dan stakeholder, seperti perusahaan yang beroperasi di kecamatan yang dikunjunginya. Salah satunya melihat proyek pembangunan energi listrik biomasa berbahan baku limbah kayu. Proyek energi ramah lingkungan tersebut digadang-gadang menjadi penopang kebutuhan listrik masyarakat di Kecamatan Batu Ampar ke depannya.
“Saat ini pihak kecamatan berkoordinasi dengan desa telah menyiapkan lahan sekitar 200 hektare untuk (kayu) sumber energinya. Masyarakat juga boleh menyiapkan bahan bakunya sebagai pengganti pembayaran, asal tidak memotong hutan,” kata Ismu didampingi Kepala Bagian Sumber Daya Alam Sekretariat Kabupaten (SDA Setkab) Pranowo.
Dijelaskan oleh Ismu berdasarkan laporan Pranowo bahwa energy dimaksud sangat positif, karena ramah lingkungan. Agar bisa beroperasi 24 jam, mesin pembangkit energy listrik tersbeut hanya membutuhkan 1 ton limbah kayu. Menurut Ismu hal itu tidaklah sulit direalisasikan. Mengingat pihak kecamatan sudah mengalokasikan hutan tanaman produksi sekitar 200 hektare. Ditambah lagi limbah kayu dari aktivitas land clearing pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Sebelum digunakan sebagai bakan baku pembangkit listrik, terlebih dahulu limbah kayu diolah menjadi chip, yang pabriknya juga sudah tersedia.
“Kalau sudah jalan (pembangkit listriknya) nanti, kita minta kuota (limbah kayu) dari perusahaan dan stakeholder lainnya,” sebut Ismu.
Proyek pembangkit listrik ini dirasa sangat menguntungkat jika dilihat biaya yang dibutuhkan. Sebab, saat ini saja masyarakat mesti mengeluarkan biaya antara Rp 70-100 ribu perbulan, hanya untuk merasakan listrik selama 4 jam. Artinya masyarakat Batu Ampar masih mengalami kegelapan selama 20 jam. Hal itulah yang menjadi latar belakang mengapa Bupati getol mendukung pengembangan energy alternative untuk menghasilkan kebutuhan listrik.
“Kita ingin seluruh desa bisa teraliri listrik dengan berbagai cara alternative. Tidak hanya micro hydro tetapi juga sumber energy lainnya,” sebut Ismu didampingi beberapa pejabat lingkup Pemkab Kutim.
Khusus untuk proyek energy biomasa tersebut, saat ini sudah memasuki proses lelang. Pembangkit listrik dimaksud memiliki kapasitas 45 kilowatt dan bisa mengaliri listrik untuk 100 sampai 150 kepala keluarga (KK) dengan durasi operasional 24 jam. Proyek dimaksud juga dijadikan sebagai best practice yang kedepan dikembangkan di kecamatan lainnya.