1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Rekayasa alat pengering gabah bisa kurangi kadar air sampai 14 persen

“Mengenai biaya yang digunakan untuk memproduksi satu unit alat tersebut sekitar Rp 50 juta untuk kapasitas dua ton,” kata Zubair.

Petani sedang memanen padi sawah, namun masih menggunakan pengering alami dengan dijemur seperti biasa, sehingga memerlukan waktu lama. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Senin, 30 Oktober 2017 07:37

Merdeka.com, Kutai Timur - Guna memudahkan petani dalam mengeringkan gabah seusai panen, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kutai Timur telah melakukan penelitian dan menemukan teknologi rekayasa pengering gabah. Yakni menggunakan bahan bakar sekam yang dibakar dan mampu menghasilkan panas untuk mengeringkan gabah.

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kutim Zubair, alat   pengering gabah tersebut lebih cepat mengeringkan gabah dibanding  menggunakan cara manual dengan sinar matahari. Dalam uji coba dengan menggunakan gabah seratus kilogram hanya membutuhkan waktu empat sampai dengan lima jam. Bahkan dapat menurunkan kadar air hingga dua belas sampai empat belas persen sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI) terhadap kualitas gabah.

“Mengenai biaya yang digunakan untuk memproduksi satu unit alat tersebut kata mantan Sekretaris Bappeda Kutim ini, sekitar Rp 50 juta untuk kapasitas dua ton. Tapi nilai itu  masih disesuaikan dengan kapasitas besaran kebutuhan dan jika diproduksi dalam jumlah banyak bisa lebih murah,” kata Zubair.

Dengan mengeringkan gabah menggunakan alat rekayasa tersebut dapat memberikan banyak keuntungan bagi petani. Waktu pengeringan lebih singkat dan tidak tergantung pada cuaca serta dapat mengurangi penyusutan gabah. Sedangkan proses pengeringan yang biasanya menggunakan sinar matahari yang rentan dengan ganguan hewan.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Kutai Timur, Hormansyah, menyambut baik alat pengering gabah yang diciptakan Balitbang. Dikatakan, teknologi ini sangat tepat untuk dikembangkan di Kutai Timur mengingat kesulitan petani paska panen pada proses pengeringan, terutama pada saat panen ketika musim penghujan. Selama ini hasil produksi tergantung pada pengeringan manual di bawah sinar matahari, sehingga sebanyak apapun hasil panen saat musim hujan akan menurunkan produksi dan kualitas panen tersebut.

Pihaknya akan bekerjasama dengan Balitbang untuk memproduksi alat pengeringan tersebut. Alat teknologi rekayasa pengering ini bakal diletakkan pada titik-titik sentral produksi seperti kecamatan Kongbeng Desa Miau Baru, Kaubun, Karangan, Kaliorang dan Long Mesangat. Pengadaan teknologi alat rekayasa pengering gabah tersebut  akan diprioritaskan pada tahun depan.

(AJ/AJ)
  1. Pertanian
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA