1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Penanggulangan dan pencegahan virus HIV/AIDS tanggungjawab bersama

“Penanggulangannya harus melibatkan berbagai pihak dengan preventif melalui sosialisasi kepada warga, remaja dan komunitas,” kata Irawansyah.

Seskab Irawansyah menyerahkan penghargaan kepada perwakilan perusahaan karena dinilai peduli terhadap penanggulangan virus HIV/AIDS. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Rabu, 20 September 2017 08:57

Merdeka.com, Kutai Timur - Upaya penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) tidak bisa dilaksanakan hanya oleh satu instansi saja. Sebab, HIV/AIDS adalah masalah multidimensi yang menyangkut kesehatan, sosial, ekonomi dan kemanusiaan.

“Penanggulangannya harus melibatkan berbagai pihak yang dilaksanakan dengan preventif melalui sosialisasi kepada warga, remaja dan komunitas. Sebagai upaya pengobatan dan perawatan serta upaya rehabilitasi untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA),” kata Sekretaris Kabupaten Irawansyah saat membuka rapat koordinasi penanggulangan AIDS Kabupaten Kutim di ruang Meranti kantor Bupati, Senin (18/9), lalu.

Kegiatan yang dirangkai dengan sosialisasi tentang Lembaga Masyarakat Kaltim Sehat (LMKS) berbasis desa yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kutim itu, Seskab berharap setelah kegiatan tersebut, hendaknya dijalin kerjasama, komunikasi serta koordinasi semua pihak dapat terjalin baik. Mulai dari Pemkab, swasta hingga masyarakat.

Sehingga upaya penanggulangan penyakit mematikan yang belum ada obatnya ini bisa sukses dilaksanakan. Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS merupakan tugas bersama. termasuk forum atau komunitas, perusahaan, masyarakat dan juga LSM. Pasalnya, HIV/AIDS merupakan penyakit masyarakat yang bisa menular kepada keluarga.

“Jangan sampai keluarga membawa penyakit ini dan menular kepada keluarga lainnya. Oleh sebab itu pencegahan sedini mungkin harus kita lakukan. Terutama dengan cara sosialisasi melalui Dinas Kesehatan dan forum kesehatan. Alhamdulillah daerah dengan kebijakan Bupati menutup semua lokalisasi yang ada di beberapa kecamatan. Mudah-mudahan terus bisa dilaksanakan dan berhasil. Sehingga terjadi peningkatan yang signifikan terkait pencegahan HIV/AIDS,” harap Irawan, sapaan akrab Irawansyah.

Acara itu dihadiri perwakilan Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Kaltim Surya Dama Herman, Asisten Pemerintahan Umum dan Kesra Setkab Kutim Mugeni, Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kutim Harmadji, Dinas Kesehatan beserta jajaran, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kutim, para camat, perwakilan perusahaan, serta LSM.

Kegiatan tersebut dirangkai penyerahan penghargaan oleh KPA kepada perusahaan yang telah berpartisipasi dalam menyuarakan pencegahan HIV/AIDS di Kutim. Ada tiga perusahaan yang dianggap berpartipasi dalam menyuarakan pencegahan HIV/AIDS dan telah sukses menyelenggarakan forum diskusi HIV/AIDS yang melibatkan stakeholder. Yakni PT KPC, PT Thiess Contraktor Indonesia, serta PT Gunta Samba. Dalam forum koordinasi kali ini juga diperkenalkan upaya penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba serta penyakit lainnya yang berbasis masyarakat, melalui lembaga masyarakat Kaltim Sehat oleh BPMPD Provinsi Kaltim.

Ketua Harian KPA Kutim Harmaji Partodarsono menambahkan ada beberapa materi yang dibahas dalam rapat koordinasi ini. Antara lain laporan perkembangan kasus HIV, berbagai upaya pencegahan, upaya penemuan kasus, upaya pengobatan dan perawatan, upaya penanggulangan kepada warga terhadap kasus HIV/AIDS berbasis desa. Serta penjelasan Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2016 yang mengatur struktur tata kelola baru KPA nasional dengan target penanggulangan HIV/Aids.

“Tahun 2030 nanti tidak ada lagi ada kasus HIV/AIDS dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA serta kematian karenanya,” jelas Harmaji.

Untuk mencapai target tersebut, harus ada kemauan bersama. Yaitu dalam menerapkan konsep “909090” bahwa tahun 2020, 90 persen orang yang berisiko tinggi mengetahui status HIV-nya, 90 persen ODHA mendapatkan terapi pengobatan Antiretroviral (ARV), 90 persen ODHA yang diterapi ARV, kandungan virus dalam darahnya (viral load-nya) tidak terdeteksi lagi.



(AJ/AJ)
  1. Pemerintahan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA