“Pabrik saat ini sudah mengolah bahan singkong 160 ton dan menghasilkan tepung tapioka 32 ton,” ujar Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Progres pengembangan singkong gajah dijadikan satu program best practices oleh Bupati Kutai Timur Ismunandar sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui agribisnis. Pernyataan itu disampaikan langsung orang nomor satu di Kutim, saat peresmian pabrik tapioka berbahan baku singkong gajah di Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul) tahun 2016 lalu.
“Singkong gajah sudah menjadi best practice pengembangan pertanian di Kutim. Selain komoditi kelapa sawit yang sudah jadi serta tanaman lainnya,” sebut Ismu dihadapan seluruh masyarakat Ranpul.
Dia mengatakan bahwa pengembangan singkong gajah di era kepemimpinannya bersama Wabup Kasmidi Bulang menjadi satu program membangun desa untuk menyukseskan Gerbang Desa Madu (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu). Menurutnya kalau dengan singkong gajah desa bisa sejahtera, maka kecamatan dan Kabupaten Kutim secara umum akan ikut sejahtera.
Pada kesempatan peresmian tersebut, Bupati mengajak beberapa Camat dan Kepala Desa dari wilayah pesisir untuk belajar ke kecamatan Rantau Pulung (Ranpul) terkait pengembangan singkong gajah yang sudah berproduksi saat ini.
Orang nomor satu di Pemkab Kutim ini meyakinkan bahwa pasar tapioka tidak akan pernah habis. Dia juga mengaku kerap berbicara dengan investor untuk menginvestasikan uangnya di sektor pengembangan singkong gajah. Terlebih dari hasil penelitian, bibit terbaik dari singkong gajah adalah dari Ranpul.
Menurut perhitungan kasar, apabila dikelola baik dengan pukuk yang bagus, 1 hektare tanaman singkong gajah bisa menghasilkan 30 ton. Jika 1 pohon singkong menghasilkan 20 kilogram, maka perhitungannya petani bisa meraup 50 juta per hektare setelah 9 bulan pada masa panen. Karena potensinya yang luar biasa, Pemkab Kutim melalui Pemerintah Kecamatan Ranpul berencana mengembangkan singkong gajah di lahan 400 hektare.
Sebelumnya Ketua Panitia Peresmian yang sekaligus mewakili direksi BUMDes Karya Agung, PT Yakin Sukses Bersama dan PT Casava Mandiri Sejahtera, Mukanan, menjelaskan pengembangan singkong gajah dan pabrik tapioka di Ranpul ber-visi pada ketahanan pangan. Dengan penyertaan modal dari beberapa desa. Pabrik didirikan di area seluas 1 hektare di Desa Kebon Agung.
“Pabrik saat ini sudah mengolah bahan singkong 160 ton dan menghasilkan tepung tapioka 32 ton. Ini sebagai embrio Kutim menjadi produsen tepung tapioka dari singkong gajah ke depan,” ujar Ismunandar.
Dalam hal pemasaran pihak BUMDes sudah bekerjasama dengan pengepul di Sangatta dan dipasarkan ke luar untuk area Bontang. Pabrik memiliki kapasitas produksi 5 ton perjam dalam bentuk tepung. Namun baru digunakan sekitar 2 ton, karena terkendala terbatasnya lantai jemur yang hanya sekitar 1,5 sampai 2 ton.
Dijelaskan dampak adanya pabrik tapioka sangat positif bagi petani dan pekerja. Karena BUMDes menggunakan tenaga kerja untuk mengupas singkong secara manual, yakni warga yang bekerja di perusahaan kelapa sawit. Rencana BUMDes pabrik singkong gajah ke depan yakni mengintegrasikan dengan peternakan sapi. Karena limbah singkong seperti kulitnya bisa untuk pakan ternak sapi. Sekaligus mewujudkan visi misi Desa Membangun. Terakhir dia meminta kepada Bupati dan Wabup untuk mencanangkan desa agribisnis berbasis singkong.