“Kita jemput bola mensosialisasikan pembentukan kader jumantik (Juru Pemantau Jentik) kepada pelajar SD, dan SMP,” kata Bahrani.
Merdeka.com, Kutai Timur - Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) yang sering mengancam masyarakat, terus diupayakan tidak menyerang masyarakat. Salah satu upayanya adalah, melakukan sosialisasi dan rekrutmen jade jumantik cilik di sejumlah daerah.
Langkah itu dilakukan Pemkab Kutim mellaui Dinas Kesehatan (Dinkes). Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) dr Bahrani bahkan turun langsung ikut memberikan sosialisasi DBD itu di sejumlah sekolah di beberapa daerah. Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan sejumlah lembaga lainnya.
“Kita jemput bola mensosialisasikan pembentukan kader jumantik (Juru Pemantau Jentik) kepada pelajar SD, dan SMP,” kata Bahrani.
Menurutnya, wabah DBD di Kutim meningkat drastis merujuk data penderita gigitan nyamuk Aedes Aegepty betina tersebut. Berdasarkan fakta di lapangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudungga Sangatta menerima pasien DBD dalam jumlah membludak hingga kamar inap tidak menampung lagi.
Mantan Direktur RSUD Kudungga ini menyebut DBD tidak bisa dianggap enteng karena jika dibiarkan sangat berbahaya. Menurutnya penyebaran gigitan nyamuk dengan ciri-ciri berwarna hitam putih ini begitu cepat, biasanya ada siklus lima tahunan. Harus ada upaya preventif lewat bimbingan, pengarahan, dan ajakan pencegahan kasus DBD tidak terulang dan jangan sampai terjadi lagi.
“Kita harus jemput bola mensosialisasikan pembentukan kader jumantik (Juru Pemantau Jentik) nyamuk menyasar murid-murid sekolah seperti SD, dan SMP. Mengingat intensitas penyebaran virus DBD oleh nyamuk ini menggigit pada pagi hingga sore hari di lingkungan sekolah. Anak-anak pada jam-jam itu tengah belajar dan beraktivitas. Hal ini pun menjadikan kasus DBD yang terjadi banyak dialami anak usia sekolah,” kata Bahrani di sela-sela kegiatan membuka sosialisasi dan pembentukan kader jumantik anak sekolah gelaran Bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Diskes di Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan, jalan Soekarno Hatta Desa Bangun Jaya Kecamatan Kaliorang.
Ke depan Bahrani berharap anak-anak yang sudah menjadi kader jumantik bisa melakukan hal yang sama di lingkungan rumahnya. Anak-anak yang duduk di sekolah ini menjadi garda terdepan menuju area sehat bebas DBD sekaligus si anak bisa memberikan teguran jika kedua orang tuanya lupa dalam hal penanganan dan informasi DBD. Para kader jumantik diharapkan mampu membunuh penyebaran nyamuk aedes sekaligus mampu mencegah meningkatnya kasus DBD di lingkungan sekolah maupun rumah. Keduanya sama-sama dijaga kebersihannya dengan gerakan 3M yaitu menutup penampungan air, menguras bak mandi dan mengubur barang bekas. Contoh kasus sampah berisi botol berserakan jangan dibuang sembarangan saat hujan turun, botol tersebut menjadi tempat menyimpan air sisa hujan yang akhirnya menjadi sarang nyamuk.
Ditambahkan, Diskes pada kegiatan pertama kali ini menyasar di Kecamatan Kaliorang. Untuk diketahui di Kaliorang tahun lalu terjadi kasus 10 orang mengidap DBD dan langsung dirujuk di RSUD Kudungga. Selanjutnya sosialisasi kader jumantik menjangkau semua tempat seperti Sangkulirang, Sangatta Utara, Sandaran, Teluk Pandan, Kaubun, Karangan, Muara Wahau, Kongbeng, Rantau Pulung, Batu Ampar, Muara Bengkal, dan Muara Ancalong.
“Kegiatan ini digelar mulai awal Agustus dan diperkirakan berakhir pada 28 September mendatang. Jadi selama dua bulan ini Diskes terus melakukan upaya sosialisasi intens gerakan pembunuhan nyamuk aedes tidak menyebar luas. Lewat jumantik cilik misalkan saja ketika 14 sekolah mengirimkan murid-muridnya sudah cukup lumayan banyak. Satu kelas di sekolah bisa terhimpun 50 orang. Jika ditotal mencapai 700 jumantik cilik, ini contoh saja,” tambahnya.