1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Adat dan budaya dilestarikan, antar etnis diminta saling menghargai

“Di era teknologi informasi, keberadaan adat istiadat harus tetap dilestarikan,” kata Mugeni.

Assisten Pemkesra Mugeni menjabat tangan Kepala Adat Besar Kutai Sangatta Syahrilyansyah saat menghadiri rapat kerja dan mengucapkan selamat bekerja. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Minggu, 11 Juni 2017 13:35

Merdeka.com, Kutai Timur - Adat besar Kutai yang ada di Sangatta dan organisasi lainnya diharapkan terus melestarikan adat dan budaya Kutai. Sehingga generasi penerus nanti tidak ketinggalan informasi mengenai adat istiadat dan budaya lokal ini.

“Di era teknologi informasi yang cukup maju ini, keberadaan adat istiadat harus tetap dilestarikan. Jangan sampai hal itu hilang begitu saja,” kata Asisten Pemerintahan Umum dan Kesejahteraan Rakyat (Pemkesra) Mugeni, ketika membuka rapat Lembaga Adat Besar Kutai di Sangatta belum lama ini.

Menurutnya, lembaga adat besar Kutai di Sangatta juga memiliki peran yang strategis dalam menjaga kondusivitas daerah ini. Dengan menjalin kerjasama yang baik bersama paguyuban lainnya, diharapkan Kutim terus terjaga keamanannya.

Menurut Mugeni, pelestarian adat dan budaya diharapkan menjaga nilai-nilai luhur tanah Kutai hingga di masa mendatang. Kepada semua pihak juga diharapkan menjaga dan menghormati hak-hak adat istiadat setempat, sehingga satu sama lain saling menjaga dan tetap terjaga kerukunan antar sesama.

Sedangkan Ketua Lembaga Adat Besar Kutai Sangatta Syahrilyansyah mengatakan, lembaga adat yang dipimpinnya merupakan wadah kebersamaan dan turut mengayomi keberagaman suku yang ada di tanah etam Kutim. Diharapkan semua pihak tetap saling menghormati satu sama lain, sehingga kerukunan dan persatuan tetap terjaga dengan baik.

Mengenai rapat Adat Besar Kutai Sangatta, ditegaskan Sahril, panggilan akrab Syahrilyansyah ini, salah satunya membahas masalah tanah dan batas wilayah adat. Pihaknya mengimbau kepada camat dan aparat lainnya, bisa membantu dan mendukung proses administrasi sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga batas-batasnya jelas.

“Hal ini dimaksudkan, guna menghindari konflik antar warga. Jika batas tanahnya jelas semua warga akan saling menghargai,” kata Syahril.

Pihaknya juga mengimbau semua pihak saling menghargai satu sama lain, sehingga Kutim tetap kondusif seperti sekarang ini. Dia mengajak kepada semua elemen masyarakat dan etnis yang ada di Kutim, untuk bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Bupati Ismunandar dan Wabup Kasmidi Bulang serta seluruh jajaran Pemkab yang sudah mendukung keberadaan Adat Besar Kutai Sangatta, terutama dalam penyelenggaraan rapat kerja adat ini.

Sebelum rapat kerja dimulai, dilakukan tepung tawar dari adat kepada Asisten Pemkesra. Kegiatan ini dilakukan, sebagai salah satu upaya menjaga dan melestarikan adat dan budaya Kutai. “Tepung tawar ini sebagai simbol memiliki makna ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat. Dengan hasil bumi yang berlimpah, kita akan dijauhkan dari mara bahaya, seperti musibah atau bencana,” kata Syahril.

Rapat kerja itu diikuti seluruh pemangku adat dengan mengenakan baju daerahnya masing-masing. Hal ini mencerminkan pelestarian budaya dan leluhur serta menjunjung tinggi adat istiadat setempat.

(AJ/AJ)
  1. Adat Kutim
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA