“Puncak peringatan hari ibu di Kutim digelar upacara dalam ruangan secara sederhana namun tetap khitmad”.
Merdeka.com, Kutai Timur - Puncak peringatan hari Ibu ke 88 di Kutim, Kamis (22/12/2016), digelar secara sederhana namun tetap khitmad. Yakni, melaksanakan upacara di dalam ruangan dan dipusatkan di ruang Meranti, kantor bupati.
Pada acara itu, juga hadir Bupati Kutim Ismunandar, Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang, Ketua DPRD Kutim Mahyunadi, Sekretaris Kabupaten Irawansyah, Kepala SKPD, Kapolres Kutim AKBP Rino Eko, Kajari Sangatta Mulyadi, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Selain itu juga ibu-ibu dari TP PKK Kutim, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Dharma Pertiwi, Dharma Wanita, Bhayangkari, Persit Kartika Chandra Kirana, Jalasenastri dan organisasi wanita lainnya. Kaum hawa mengenakan pakaian kebaya nasional dan tampil cantik saat ikut upacara.
Pada kesempatan itu, juga diserahkan sejumlah hadiah lomba-lomba yang digelar sebelumnya. Antara lain juara lomba busana Kutubaru dan Batik Wakaroros serta penyerahan bantuan sosial kepada ibu-ibu pasukan kuning (petugas kebersihan).
Penyerahan hadiah dilakukan oleh Bupati Kutim Ismunandar dan ketua DPRD Kutim Mahyunadi. Kegiatan peringatan hari ibu itu juga dimeriahkan pagelaran tari-tarian seperti Datun Julut Dayak Kenyah dan tari Jepen oleh Polwan Polres Kutim, tari tradisional oleh TP PKK, serta tari India dari TK Kemala Bhayangkari serta pembacaan puisi oleh Syilfa Salsabila dari SDN 006.
Ketua umum GOW Kutim Ny Tirah Satriani bertindak selaku inspektur upacara. Pada kesempatan itu istri wakil bupati ini membacakan sambutan tertulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yohana Yembise.
Menurut Yohana Yembise, sejarah terbentuknya bangsa ini tidak terlepas dari peran penting gerakan kaum perempuan. Wanita mendorong kemerdekaan Indonesia melalui kongres perempuan pertama di Yogyakarta 22 Desember tahun 1928 silam.
“Untuk itu hendaknya peringatan hari ibu dapat mendorong semua pemangku kepentingan agar memberikan perhatian, pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan,” pintanya.
Selain itu, Yohana berharap hari ibu dapat membawa pengaruh positif bagi peningkatan kualitas hidup, pemenuhan hak dan kemajuan perempuan. Dia menyebut perempuan Indonesia masa kini, adalah perempuan yang sadar dan memahami, memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Prinsip kesetaraan yang mendasari pentingnya pembagian tugas, peran dan tanggung jawab yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mulai dari lingkup keluarga, masyarakat bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perempuan dan laki-laki keduanya adalah "parthnership" sekaligus sumber daya insani yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional.
Diakuinya perempuan dan anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan berbagai tindakan kekerasan, ekspoitasi dan perlakuan diskriminatif. Oleh karena itu tema yang diusung tahun ini yakni “Kesetaraan Perempuan dan Laki-Laki Untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak” sanggup memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya upaya melindungi perempuan dan anak. Kali ini sang Menteri juga berharap hari ibu dapat mendorong terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam semua aspek kehidupan, di keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.