1. KUTAI TIMUR
  2. PROFIL

Senang sains sejak kecil Evan mampu sisihkan ribuan siswa dan lolos ke Thailand

“Orang tua hanya mendukung, bahkan setiap datang ke sekolah selalu bertanya ada event apa untuk siswa yang bisa diikuti,” kata Caroline.

Bupati Ismunandar (berkopiah) foto bersama dengan Daniel Evan dan adinya serta orangtuanya didampingi Kadisdik Akhmadi Baharuddin. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Rabu, 01 November 2017 08:18

Merdeka.com, Kutai Timur - Daniel Evan Koyongian, siswa kelas VI SD Anugerah Abadi, Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon awalnya tak menyangka dirinya lulus seleksi dan bakal tampil di ajang Asian Science dan Mathematics olympiad for Primary Schools (ASMOPS)  International Competition 2017 yang akan diselenggarakan di Thailand pada 17-21 November 2017 mendatang. Informasi lolosnya Evan ke ajang ASMOPS International Competition 2017 ini tentunya menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Kutim dan Kaltim, khususnya warga Tepian Langsat.

Setelah terpilih sebagai duta Indonesia, Evan rencananya akan mengikuti tahapan selanjutnya yaitu Pembinaan dan Seleksi Pemilihan Tim Nasional untuk ASMOPS International Competition 2017 yang dilaksanakan pada 13-15 Oktober 2017 di Karawaci, Banten.

Evan selanjutnya akan mengikuti event internasional tersebut bersama 40 peserta terbaik kategori SD (18 bidang studi  Sains dan 22 bidang studi Matematika) dan 40 peserta terbaik kategori SMP (18 bidang studi  Sains dan 22 bidang studi Matematika) dari berbagai daerah di Indonesia.

Menurut Ibunda Evan, Deyske Caroline Aror, anaknya menjadi semakin cerdas seperti sekarang ini tidaklah instans. Butuh waktu dan perjuangan saat mendidik. Dia menyebut sejak kecil Evan sudah dididik dengan sains hingga menjadi siswa yang pola berpikirnya berbeda dari siswa kebanyakan.

Terlebih saat memandang dari sisi ilmu pengetahuan. Contoh sederhananya adalah jika orang tua terdahulu ditanya anak mengapa manusia harus tidur, maka dijawab memang harus tidur. Sedangkan kepada Evan dijelaskan alasan mengapa manusia harus tidur, karena setiap manusia memiliki organ tubuh yang juga perlu istirahat sehingga tidak berdampak timbulnya sakit.

“Sehingga semakin lama timbul minat anak pada ilmu pengetahuan. Orang tua hanya mendukung, bahkan setiap datang ke sekolah selalu bertanya ada event apa untuk siswa yang bisa di ikuti,” sebut sang ibu.

Maksudnya untuk memberi ruang kompetisi dan menguji kemampuan ilmu pengetahuan sang anak. Dikisahkan olehnya, awal 2014, berbekal informasi setiap awal tahun ada kegiatan lomba olimpiade sains matematika SD, maka sejak 2013 setiap kali berkunjung ke toko, pasti yang dituju adalah toko buku Gramedia. Tentunya untuk membeli banyak buku pelajaran sebagai persiapan sang anak untuk belajar. Dilanjutkan mengikuti lomba, walaupun Evan hanya bisa bersaing sampai tingkat kabupaten. Tak berhenti sampai disitu, pada 2015, Evan mulai lebih digodok soal sains, hingga akhirnya berhasil sampai tingkat nasional 2016.

“Karena gugup dan mungkin juga belum beruntung, jadi belum meraih medali. Hanya selisih 4 point dari perwakilan Balikpapan yang meraih medali perunggu,” sebutnya.

Setelah banyak berinteraksi dengan para orang tua yang aktif mengikutsertakan anak-anaknya mengikuti olimpiade, mulailah mendapat informasi bahwa ada olimpiade tingkat ASEAN. Sejak saat itu, Evan mulai didaftarkan untuk ikut serta secara mandiri. Saat ini Evan yang hobby membaca buku, menonton National Geographic dan Animal Planet tersebut terus belajar memahami yang sudah diajarkan. Evan hanya mengulang pelajaran dan ilmu yang didapat selama ini, baik di rumah maupun di sekolah. Selain juga memang pengembangan diri dengan motivasi belajar yang sudah terbentuk. Caroline berharap Evan tidak hanya cerdas ilmu pengetahuan namun juga akhlak. Serta bisa bersinar di tingkat ASEAN dan mengharumkan nama daerah Kabupaten Kutim.

Koordinator Sekolah dari Yayasan Anugerah Abadi, Zainal Fahmi, menambahkan Evan bisa sukses lulus seleksi mengikuti ASMOPS International Competition 2017 berkat kerjasama antara orang tua dan sekolah dalam melakukan pembinaan.

“Terutama peran orang tua di rumah, sebab di sekolah pertemuan antara guru dan siswa sebentar saja dan Evan bimbingan orang tuanya lebih banyak. Karena (bakat) dasarnya sudah ada, maka pihak sekolah hanya memoles hingga berprestasi,” jelas Fahmi.

Dijelaskan, saat ini pihak sekolah juga membina bibit-bibit siswa berprestasi yang masih dibawah, yakni pembinaan sejak dari TK. Harapannya walaupun ditempat terpencil mucul mutiara-mutiara yang bisa bersinar dan berprestasi dimasa datang.

Untuk diketahui Road to ASMOPS International Competition 2017, seleksi Regional diselenggarakan oleh Surya Institute melalui divisi Surya Institute for the Promotion of Science (SIPS) sebagai pemegang hak afiliasi untuk Indonesia. Bekerjasama dengan para mitra lokal di beberapa kota di Indonesia, yang dilaksanakan dalam dua gelombang. Yaitu Sabtu, 9 September 2017 dan Sabtu, 16 September 2017. Total peserta yang mengikuti Road to ASMOPS International Competition 2017 sebanyak 1.537 siswa dari berbagai sekolah di Indonesia. Peserta kategori SD sebanyak 875 siswa (Sains 302 orang, Matematika 573 orang) dan peserta kategori SMP sebanyak 662 siswa (Sains 228 orang, Matematika 434  orang). Diselenggarakan di beberapa kota seperti, Jakarta, Bandung, Kediri, Solo, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya. Berikutnya Bali, Balikpapan (untuk area Kaltim), Makassar, Manado, Timika, Prabumulih, Palembang serta Pekanbaru.

(AJ/AJ)
  1. Profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA