1. KUTAI TIMUR
  2. PROFIL

Ruslan ingin lestarikan budaya menyumpit di kalangan muda

"Saya akan berusaha untuk melestarikan sumpit ini di kalangan muda di Kutim," kata Ruslan.

Ruslan yang sudah banyak meraih pialan dalam berbagai lomba sumpit dan olahraga lainnya. ©2016 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Kamis, 15 September 2016 22:01

Merdeka.com, Kutai Timur - Bagi warga Kalimantan, tentunya sudah mengetahui senjata sumpit yang digunakan warga Dayak tersebut. Termasuk Ruslan H Diasmo, warga asal Sulawesi ini berusaha belajar mempergunakan sumpit, namun bertujuan untuk olahraga tradisional. Sebab, di berbagai even, seringkali digelar lomba olahraga tradisional menyumpit di daerah ini.

Setelah tertarik menggunakannya, Ruslan, panggilan akran pegawai Satpol PP Pemkab Kutim ini rupanya terus belajar dan belajar dengan warga Dayak yang memang memiliki teknik menyumpit dengan baik. Lelaki yang pernah ikut gerak jalan Bogor - Jakarta beberapa kali dan menorehkan prestasi ini, berhasil mempelajarinya dan mempraktekkannya dengan baik.

Buktinya, beberapa kali ikut lomba menyumpit, Ruslan mampu menggondol hadiah dan piala maupun tropi. "Ini berkat latihan yang rajin dan tidak mengenal lelah. Saya akan berusaha untuk melestarikan sumpit ini di kalangan muda di Kutim," kata Ruslan.

Sumpit sendiri merupakan senjata warga pedalaman untuk berburu. Pada zaman dulu, sumpit juga dipergunakan sebagai senjata berperang yang mematikan, seperti mandau dan parang. bahkan sumpit juga menunjukkan sifat kesatira seorang lelaki pada zamannya dulu.

Di tengah-tengah menjalankan tugas dan kewajibannya menjaga Kamtibmas, pria kelahiran Palu, Sulawesi Tengah ini tak  mudah putus semangat maupun lelah dalam mengembangkan minat pada olahraga menyumpit. Ayah dari tiga orang anak ini tetap berlatih menekuni hobi menyumpit setiap hari, di halaman samping rumahnya.

Hasilnya tidak sia-sia. Dalam gelaran Erau Adat Kutai and Internasional Folk Art Festival (EIFAF) 2016 di Kutai Kartanegara yang digelar Agustus lalu, pria dengan kumis tebal ini mampu mengharumkan nama Kutim di hadapan seluruh daerah maupun tamu negara-negara asing. Ia berhasil menyabet juara 1 lomba menyumpit pada even tersebut.

"Saya belajar menyumpit ini tak sengaja. Waktu ada lomba sumpit yang digelar di Disporapar Kutim, saya langsung meski tidak juara. Namun rasa penasaran timbul, hingga membuatnya termotivasi untuk dapat menyabet juara di event lain," katanya.

Mulai saat itu, Ruslan terus berlatih dan berlatih dan tak kenal lelah dengan meminjam sumpit dari Disporapar. Sekarang dia mengaku sudah memiliki sumpit buatan sendiri dan menjadi kebanggaan pribadi. Dia akan terus berlatih menyumpit. Awalnya latihan, dia dibantu rekan-rekan asli dari pedalaman untuk teknik. Namun sekarang sudah bisa ngembangkan teknik menyumpit sendiri.

Sebelum meraih juara di Tenggarong, dirinya juga pernah mengukir prestasi pada acara Festival Kemilau Seni Budaya Etam di Samarinda Kaltim pada 2014 dan menyumpit HUT Kutim ke-XVI 2015. Waktu itu, dia juga meraih juara pertama lomba menyumpit.

Lelaki yang suka berolahraga jogging ini, sudah menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan bagi Kutai Timur. Antara lain juara 1 lomba gerak jalan Bogor - Jakarta kategori perorangan putra usia 41 tahun keatas tahun 2008 dan 2009 lalu.  Kemudian mengikuti gerak jalan Bandung-Jakarta dalam rangka HAORNAS XXIV RI Tahun 2007. Ia juga pernah terlibat dalam olahraga tinju rakyat II tahun 2003 yang digelar Pertina Kutim.

Kembali lagi soal menyumpit, baginya olahraga tradisional ini tidak semudah menembak. Dimana seseorang hanya mengandalkan pada menekan tuas senjata dan menjaganya untuk tetap fokus agar peluru tidak meleset saat ditembakkan. Sedangkan menyumpit selain butuh hal yang sama, namun tenaganya mengandalkan teknik pernapasan yang stabil. Sehingga ada kemampuan khusus yang patut dikembangkan dalam olahraga ini. Kemungkinan besar hal inilah yang membuat sebagian besar orang, kurang mau menggeluti olahraga menyumpit. Selain sulit juga membutuhkan kemampuan membidik yang handal.

"Rumusan menyumpit adalah kepekaan, jarak sumpit, serta perbandingan arah angin dan nafas. Kini sumpit tidak sebatas sumpit tradisional yakni menggunakan kayu ulin semata dari tuas hingga dalam lubang tempat anak sumpit masuk. Namun sekarang bisa menggunakan beragam jenis kayu, namun tetap (masih lebih) baik kayu ulin," jelas Ruslan.

Hanya saja untuk lubang sumpit dimasukkan pipa jenis alumunium, agar peluru dapat melesat laju sesuai dengan arah yang dihendaki. Sementara ini aturan untuk sumpit masih diatur oleh pihak penyelenggara olahraga sumpit. Namun dalam event-event yang ada sementara ini ukuran sumpit dan lain-lain masih terbuka bebas sesuai kepemilikan sang penyumpit.

Untuk mengembangkan olahraga ini, Ruslan selain membuat sumpit untuk dirinya sendiri, juga telah mendapatkan pesanan beberapa sumpit hasil buatannya untuk dijual. Harganya bervariasi, mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta.

Pengalaman pertama menjual sumpit, ialah saat dirinya menjadi juara 1 dalam lomba yang digelar oleh Disporapar Kutim. Sejak itulah dirinya terus membuat sumpit selain untuk pribadi juga kepada orang-orang yang hobi senjata berburu ini.

Setelah mendalami olahraga tardisional menyumpit ini, Ruslan mengaku prihatin. Pasalnya, masih minimnya anak-anak muda yang tertarik untuk terjun di olahraga yang satu ini. Dari lomba-lomba yang sering diikutinya, pesertanya berumur 35 tahun hingga 50 tahun, bahkan ada yang lebih.

Dia akan terus berusaha mengembangkan olahraga tradisional ini dan memberikan motivasi kepada anak-anak muda untuk bisa ikut bergelut dengan olahraga menyumpit ini. Jika generasi muda banyak yang berminat, tentunya olahraga sumpit tidak akan punah di masa mendatang.

"Pak bupati Ismunandar dan Wakil Bupati Kasmidi Bulang bahkan bangga dengan kabar yang saya sampaikan terkait prestasi ini. Harapan saya semoga ke depan anak-anak muda dapat mengembangkan kemampuan menyumpit dan menjadikan olahraga sumpit masuk olahraga yang diperlombakan dalam Pekan Olahraga Nasional," harapnya.

(AJ/AJ)
  1. Profil
  2. Olahraga
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA