“Saya libatkan pengusaha, apakah berani gambling apa tidak, apakah mau rugi apa tidak,” jelas Syafruddin.
Merdeka.com, Kutai Timur - Diskusi mengenai pengembangan pariwisata di Kutim garapan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kutim memang menarik. Dengan melibatkan berbagai pihak, diskusi berlangsung hangat dan memunculkan ide-ide bagus untuk dikembangkan dalam menangani potensi pariwisata di daerah ini.
Salah satunya pendapat dan pengalaman Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim Syafruddin Pernyata. Menurut mantan dosen FKIP Unmul ini, Kutim memiliki potensi wisata yang luar biasa. Bahkan dia mengaku sudah keempat kalinya bertandang ke Kutim untuk berbicara mengenai kepariwisataan.
Menurutnya, pariwisata terbagi dalam tiga yaitu alam, budaya dan buatan. Khusus untuk buatan dikesampingkan terlebih dahulu, pasalnya bukan jualan utama. Dua, kekuatan anugerah yang diberikan Tuhan lewat kekayaan alam dan budaya harus betul-betul dimaksimalkan. Tentunya dengan konsep segar dan kreatif contohnya bekerja sama dengan pelaku bisnis pariwisata.
“Sejak menjabat Kadis Pariwisata sejak Januari 2017, saya langsung menggerakkan Kapal Motor Pariwisata Pesut Mahakam yang mengitari Sungai Mahakam Samarinda menuju Melak Kutai Barat. Ini contoh saja saya libatkan pengusaha berani gambling apa tidak, mau rugi apa tidak, asalkan dijalankan dengan ikhlas semuanya akan berjalan mulus dan bahkan pendapatan itu masalah proses asalkan dijalankan dengan sungguh-sungguh,” jelas Syafruddin.
Mantan Karo Humas Pemprov Kaltim ini menambahkan Kutim punya sederet potensi wisata terkenal diantaranya pohon ulin terbesar di dunia berdiameter 2,47 meter. Sehingga butuh 6 atau 7 orang untuk memeluknya di Taman Nasional Kutai (TNK). Belum lagi ada wisata baru yaitu Teluk Perancis dikelola oleh seorang Anggota DPRD Kutim Herlan Mappatiti menawarkan suasana alam asri dengan pasir putih menawan dan gazebo kayu dibuat dengan indah. Kelak Kutim juga bisa bersaing dengan Berau. Perlu diketahui Berau itu sudah ditakdirkan punya alam memukau di Kaltim. Bisa dikatakan Berau adalah Bali baru. Ada juga Sekerat menarik karena garis pantainya menuju kawasan Maloy, Pulau Miang, dan Pulau Birah-birahan bisa dijadikan destinasi andalan mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD).
“Saya sudah pernah snorkeling di Pulau Miang, area lautnya cukup bersih untuk melihat terumbu karang dan ikan. Ada juga beberapa waktu lalu saya bersama Bupati Ismunandar mengajak beberapa awak media TV Nasional berkunjung ke Pulau Birah-birahan. Nah pesan saya terakhir Kutim juga mempunyai Karst yang kini diusulkan menjadi geoprak warisan dunia (world heritage). Jika Jualan yang tidak dipunya daerah lain, saya yakin Kutim siap berjaya dalam wisata terbaru,” tegasnya.
Kepala BPPD Kutim Rustam Lubis juga berkomentar timya sudah memfinalisasi lewat rekomendasi lokakarya beberapa waktu lalu, disaksikan Bupati Ismunandar bahwa jualan pariwisata Kutim ada tiga. Yaitu Goa Telapak Tangan Sangkulirang, Pesta Adat Pelas Tanah, dan Pesta Adat Lomplai di Desa Nehas Liah Bing Kecamatan Muara Wahau. Pihaknya mengusulkan menginisiasi kerja sama tiga kabupaten/kota yaitu Kutim, Berau, dan Bontang saling bekerja sama dalam perbaikan infrastruktur jalan.
Rencanaya akan diteruskan ke Gubernur Kaltim untuk pemulusan akses jalan jika disetujui. Dan yang kalah penting adalah segera dibangun Bandara Sangkima di Sangatta Selatan, lantaran jadi desakan utama mendatangkan wisatawan.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Lingkungan DPD KNPI Kutim Irwan Fecho mengatakan, Kutim mempunyai daya tarik alam dan tradisi. Ada hutan tropis, pesisir, hingga karst. Belum lagi ada tradisi perkampungan dayak dan situs sejarah. Ada walet dalam budidaya juga sudah dijalankan. Namun khusus batu bara kelak akan habis, nah sekarang yang bisa diperjuangkan yaitu pariwisata.
“Sumber Daya Alam (SDA) ini instan sifatnya dan sekitar tahun 2021 izin PT KPC berakhir juga kemungkinan diperpanjang. Kita harus memutar konsep mencari pendapatan dari sektor non tambang. Pariwisata adalah masa depan Kutim. Sarana jalan rusak itu sebagai kekuatan bukan tantangan. Jangan seperti Labuan Bajo yang terkenal di luar negeri lewat Taman Nasional Komodo tapi warganya masih miskin. Caranya harus memberdayakan warga setempat tidak menjadi penonton dirumah sendiri,” ujar Irwan yang juga sebagai Ketua Forum Peduli Karst Kutai Timur (FPKTT).
Anggota DPRD Kutim Agus Riansyah punya perspektif terakit memajukan pariwisata yaitu meliputi unsur Pemerintah mepunyai perencanaan, development (perkembangan), kebijakan, dan regulasi. Dalam Perda pariwisata terdapat pasal-pasal tentang PAD dan progres percepatan. Semua potensi wisata sudah terintegrasi.
Said Anjas, anggota DPRD Kutim lainnya mengungkapkan bahwa industri pariwisata harus berbicara profit ke konsumen. Pelaku pariwisata apa maunya konsumen intinya service profesional dan memuaskan. Kutim kaya dengan wisata Adventure (petualangan) ada nilai jualnya, kondisi jalan tidak masalah itu prosesnya. Dia sepakat jika Pulau Birah birahan visibility (jarak pandang) airnya tembus pandang sampai ke dalaman 30 meter lebih keren dengan derawan.
“Kita harus banyak menggaet pelaku pariwisata walaupun hingga kini skalanya masih kecil. Tugas kita sekarang berbenah dan berpikir lewat sisi lain,” kata Anjas.
Nurul Karim dari PT KPC punya pandangan lain. Menurutnya, pariwisata itu ditujukan jualannya kemana, customernya, lanjut produknya seperti apa. Kegiatan apa yang ingin ditawarkan, dan guidenya seperti apa. Key partner juga bisa berkolaborasi.