"Pemerintah sangat menghargai bapak ibu (warga paguyuban) yang sudah menetap di Kutim, mari ita jaga kerukunan dan membangun bersama," kata Mart
Merdeka.com, Kutai Timur - Jika warga panginyongan berkumpul tampak berbeda logat dan bahasa yang disampaikannya. Kendati demikian, warga yang tergabung dalam paguyuban Panginyongan Kutai Timur ini tetap rukun dan kompak. Terbukti ketika menggelar perayaan hari uuang tahun (HUT) ke-24 di Gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Kecamatan Sangatta Utara, Minggu (26/3/2017) lalu.
Ratusan pengurus dan anggota paguyuban hadir memenuhi tempat acara. Staf Ahli Bupati Bidang Masyarakat dan Hak Asasi Manusia (HAM) dr Marthen Luther hadir mewakili Bupati Kutim Ismunandar yang berhalangan datang karena harus melepas pawai taaruf MTQ di Kecamatan Teluk Pandan.
Peringatan hari jadi paguyuban yang lahir 1993 ini sedianya dilaksanakan setiap 13 Februari. Di isi berbagai kesenian tradisional dari daerah Jawa Tengah. Tak hanya tari-tarian tetapi juga gending-gending indah lainnya. Puncak acara HUT ditandai dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur. Potongan tumpeng pertama diserahkan oleh sesepuh organisasi kepada dr Marthen.
Staf Ahli Bupati Bidang Masyarakat dan HAM dr Marthen Luther mewakili Bupati dan Pemkab Kutim mengucapkan selamat kepada Paguyuban Panginyongan yang telah memasuki usia ke 24 tahun. Menurutnya Kutim merupakan Indonesia mini yang terdiri dari banyak suku, agama dan adat istiadat.
"Pemerintah sangat menghargai bapak ibu (warga paguyuban) yang sudah menetap di Kutim," kata Marthen.
Ibarat manusia, paguyuban panginyongan yang berusia 24 tahun sudah beranjak dewasa. Untuk itu panginyongan pasti bisa berkontribusi besar membesarkan Kutim, bersama kerukunan warga dari suku bangsa lainnya. Mendukung program pembangunan untuk mewujudkan kesuksesan Agribisnis dan Agroindustri di Kutim. Pemkab berharap semua suku bahu membahu membantu pemerintah membangun daerah. Melestarikan kebudayaan yang dimiliki.
"Mudah-mudahan di ulang tahun ke 24 ini, Paguyuban Panginyongan dapat meningkatkan kerjasama dan silaturahmi dengan Pemkab Kutim serta kerukunan warga lainnya," harap mantan Kadinkes Kutim ini.
Sebelumnya Ketua Panitia Eko Prianto menjelaskan, Paguyuban Panginyongan terdiri atas warga Jawa Tengah dari 8 daerah yang berbeda. Paguyuban bermoto "Guyub Rukun Mbangun Sentosa" ini berisi warga dari Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen, Brebes, Tegal serta Pemalang. Kepada seluruh warga "ngapak" dia berharap kedepan bisa memberikan kontribusi lebih kepada Kutim.
"Ini rumah kita, tempat kita berkeluarga, bersilatutahmi dan mencari nafkah. Dengan memberikan sumbangsih kepada daerah akan memajukan Kutim," katanya.
Ketua Paguyuban Panginyongan Kutim Zainal Arifin berharap panginyongan lebih maju sebagai organisasi kemasyarakatan. Selaku ketua, ia berjanji akan meneruskan perjuangan para orang tua pendahulu (pendiri paguyuban). Dia berharap Pemkab Kutim bisa menjembatani panginyongan untuk dapat turut memajukan Kutim. Selanjutnya juga berharap kepada seluruh paguyuban yang ada di Kutim bisa saling bersilaturahmi untuk membuat Kutim lebih maju.
"Seluruh warga panginyongan, mari bersama membesarkan paguyuban dan memajukan Kutai Timur," ajaknya.
Sesepuh Paguyuban Panginyongan, Supardi, mengaku terharu karena warga panginyongan bisa eksis di Kutim. Terlebih eksistensinya turut melestarikan kesenian tradisional dari daerah asal yang selalu membuatnya rindu dengan kampung halaman.
"Jangan pantang menyerah untuk memberi warna (pembangunan) pada Kutai Timur. Tidak hanya untuk Kutim, tapi untuk semua," pintanya.
Agar keberadaan Paguyuban Panginyongan lebih diperhitungkan dan warga ngapak lebih bangga menjadi bagian dari organisasi, Supardi menyarankan agar setelah ini slogan yang diangkat adalah "Aku Bangga Dadi Wong Ngapak" atau saya bangga menjadi orang ngapak.