“Kita berkunjung ke sini karena ada kaitannya dengan salah satu mata pelajaran di sekolah yang sesuai kurikulum yang berlaku,” kata Emi.
Merdeka.com, Kutai Timur - Lokasi pembuatan batik tulis maupun cap di kawasan Kabo Jaya, Sangatta Utara pekan lalu tampak berbeda. Jika yang berkunjung ke lokasi itu biasanya tamu dari luar dan langsung memesan sejumlah kain batik yang sudah jadi, namun kali in tampak berbeda.
Puluhan anak usia Sekolah Dasar (SD) Islam Terpadu Daarussaalaam bersama pengurus Komite kelas mendatangi lokasi batik yang merupakan binaan PT Kaltim Prima Coal (KPC) tersebut. Langkah itu sebagai upaya memberikan pelajaran bagi anak sekolah mengenai seni membatik secara langsung.
“Kita berkunjung ke sini karena ada kaitannya dengan salah satu mata pelajaran di sekolah yang sesuai kurikulum yang berlaku. Kita ingin memberikan pengetahuan dan wawasan siswa, bahwa membatik itu seperti ini, sehingga tak hanya melihat di gambar dalam buku pelajaran saja,” kata Ketua Komite kelas 3 Aqsho SDIT Daarussalaam, Emi Rusmawati.
Dijelaskan, keterampilan membatik seperti ini perlu ditularkan kepada generasi penerus, sehingga kelangsungan batik khas daerah ke depan tetap terjaga dan lestari. Diharapkan, dari sekian pelajar yang ikut dalam kunjungan itu, ada salah satu atau beberapa diantaranya yang berminat dan meneruskan seni membatik seperti itu.
Apabila keterampilan membatik dilakukan sejak dini, sehingga pelaku usaha batik bisa terpelihara dengan baik. Sehingga pelaku batik ke depannya tak hanya ditekuni oleh orangtua saja, namun generasi penerus tetap ada yang menjalankan usaha batik, meski bukan turun temurun.
Ketika anak-anak pelajar tersebut diajari membatik, sangat antusias dan bersemangat. Meski harus antri dan sabar, mereka tidak bosan dan ingi mencobanya dengan baik.
Salah seorang perwakilan KPC Nurul mengatakan, kunjungan pelajar ke rumah batik seperti ini merupakan hal yang positif. Sebab, sejak dini anak-anak sudah diperkenalkan dengan keterampilan membatik.
Rumah batik yang berlokasi di Kabo Jaya ini, merupakan salah satu binaan perusahaan tambang batu bara tersebut. “Kita mempunyai empat binaan usaha batik seperti ini, tiga di Sangatta dan satu di kecamatan Rantau Pulung. Jika ada tamu yang datang, kami ajak ke sini,” kata Nurul.
Pihaknya berharap, batik khas Kutim ini menjadi pakaian kebanggaan masyarakat Kutim ke depan. Sehingga pelaku usaha batik lokal ini juga semakin laku dan batik khas Kutim juga makin terkenal, baik di kalangan masyarakat Kutim sendiri maupun luar Kutim.