1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Singkong gajah dan batik wakaroros menjadi ikon Kutai Timur

“Masyarakat kita dorong untuk mengembangkan usaha kecil menengah mengolah singkong gajah sehingga memberikan nilai tambah,” kata Mulyono.

Bupati Ismunandar dan Wabup Kasmidi Bulang serta rombongan ketika meninjau pabrik singkong gajah di kecamatan Rantau Pulung. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Rabu, 06 September 2017 13:22

Merdeka.com, Kutai Timur - Setelah sukses mengembangkan batik wakaroros dan menjadi salah satu ikon Kutai Timur, kini kecamatan Rantau Pulung terus berusaha mengembangkan usaha kecil lainnya. Salah satunya mengolah singkong gajah menjadi produk andalah industri rumah tangga.

“Kita akan terus mengembangkan dua ikon tersebut menjadi ikon kabupaten di masa mendatang. Kita sedang mendorong masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil menengah mengolah singkong gajah menjadi produk turunannya, sehingga menambah nilai tambah keluarga maupun masyarakat,” kata Camat Rantau Pulung, Mulyono.

Menurutnya, pengembangan usaha kecil menengah ini terus dilakukan melaui pelatihan-pelatihan. Kita upayakan melakukan peningkatan kegiatan usaha kecil masyarakat atau UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) yang ada di masyarakat.

Direncanakan, tahun ini ada dua sektor menjadi target utama. Seperti meningkatkan varian atau turunan dari singkong gajah. Menurut Mulyono dalam waktu dekat pihaknya akan bekerjasama dengan swasta yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), melakukan studi banding ke Padang, Sumatera Barat.

Mengapa Padang yang dipilih sebagai tempat studi pembelajaran? Karena di Padang banyak terkenal beberapa olahan dari varian bahan baku singkong. Para pelaku UPK bakal dimagangkan di Padang selama tiga hari. Untuk mengetahui proses pengolahan dari singkong mentah sampai menjadi sebuah produk olahan. Selain singkong gajah di Rantau Pulung juga terkenal batik wakaroros yang sudah menjadi ikon Kabupaten Kutim.

“Dua potensi (singkong gajah dan batik wakaroros) inilah yang akan kita tonjolkan untuk menjadi ikon Rantau Pulung. Untuk kegiatan usaha kecil dan menengahnya (UKM),” kata Mulyono lagi.

Berikutnya untuk kegiatan-kegiatan lain seperti bio gas juga dikembangkan oleh kelompok tani peternak sapi dalam bentuk kandang komunal. Dari kandang komunal ini bisa diolah menjadi bio gas. Kegiatan pengolahan bio gas ini sudah berjalan dibeberapa tempat di Kecamatan Rantau Pulung.

Mulyono peran perusahaan swasta tidak bisa dipandang sebelah mata dalam keikutsertaannya membangun Rantau Pulung. Dengan programnya masing-masing beberapa perusahaan menjadi motor penggerak pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian kecamatan. Perusahaan dimaksud antara lain PT KPC, PT NDKP, PT Andalas Wana Sukses (AWS), PT KAN, PT Dinamika, PT Sangatta Sejahtera.

Kecamatan Rantau Pulung bisa dikatakan sebagai kota satelit atau kota penyangga dari ibu kota Kabupaten Kutim. Karena hanya berjarak 40 kilometer dari Sangatta. Sehingga ada beberapa kegiatan perekonomian yang memang menjadi unggulan dari Kecamatan Rantau Pulung.

“Saat ini pusat perekonomian masyarakat di Kecamatan Rantau Pulung sebagian besar adalah pekerja perkebunan sawit, sector pertanian di kecamatan sangat menonjol. Di sini juga merupakan arel tanaman singkong gajah  yang selama ini cukup terkenal. Pabriknya juga sudah ada, masih ada sedikit kendala namun masih dalam proses untuk perbaikan-perbaikan,” tutupnya.

(AJ/AJ)
  1. Ekonomi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA