1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Manfaatkan pasca tambang, KPC bangun Pesat dan ekowisata TBA

“Produk-produk susu segar ini sudah dipasarkan ke beberapa daerah seperti Bontang dan Samarinda,” kata Nurul Karim.

Lokasi Pesat yang dibangun KPC, belum lama ini dikunjungi awak media untuk melakukan gathering bersama . ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Sabtu, 20 Mei 2017 11:20

Merdeka.com, Kutai Timur - Semenjak melakukan operasi penambangan batubara di kota Sangatta sejak beberapa tahun silam, PT Kaltim Prima Coal (KPC) sudah melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan masyarakat. Terutama program pasca tambang, sehingga bekas areal tambang tersebut tidak gersang dan memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.

Langkah yag dibangun perusahaan tambang batu bara dengan sistem open fit terbesar di Indonesia ini, dinilai banyak pihak bakal menyisakan areal yang cenderung merusak. Kendati demikian, PT KPC sudah melakukan berbagai cara, agar pasca tambang nanti, arealnya tidak mengalami kerusakan, justru memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

Perusahaan tambang batu bara yang mulai aktif eksplorasi awal tahun 80-an dan melakukan pengapalan emas hitam di awal 90-an ini memanfaatkan lahan pasca tambang dengan memaksimalkan dua program sebagai percontohan. Pertama adalah membangun Pusat Peternakan Sapi Terpadu (Pesat) di lahan pasca tambang yang berada di area D2 Murung, jalan Poros Sangatta-Rantau Pulung. Area tersebut merupakan bagian dari dumping area Pit Surya yang mulai direklamasi pada 1998. Program ini seolah menjadi jawaban atas bahan pembicaraan miring di kalangan masyarakat, karena lahan pasca tambang biasanya kerap memakan korban jiwa. Termasuk menangkal omongan sebagian kalangan bahwa reklamasi lahan tak sepadan dengan eksplorasinya.

Pada arena lahan seluas kurang lebih 22 hektare ini, perusahaan mengembangkan peternakan sapi yang dilengkapi dengan lahan pengembalaan seluas 14 hektare. Selain itu juga masih ada area kebun rumput gajah seluas 2 hektare, embung air seluas 1 hektare dan fasilitas kandang yang tersambung dengan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas. Pengembangan terbaru, Pesat KPC tak hanya digunakan untuk mengembang biakan sapi potong, namun belakangan juga digunakan untuk ternak sapi perah.

“Susunya kemudian dijadikan bahan untuk olahan lain seperti yogurt, bahan es krim dan susu segar. Hasilnya dipasarkan oleh pelaku UKM (usaha kecil menengah) binaan PT KPC. Saat ini produk-produk dari susu segar ini sudah dipasarkan ke beberapa daerah seperti Bontang dan Samarinda,” kata Manager Community Empowerment (CE) Nurul Karim.

Program pengembangan Pesat KPC sebagai pilot project ini turut menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB), yang melakukan penelitian sejak tahun 2007 dan ujicoba peternakan sapi Bali di lokasi bekas tambang. Hasilnya, daging sapi aman dikonsumsi dan layak dikembangkan secara ekonomi. Pesat, saat ini sudah menjelma menjadi pusat pengembangan sapi, sekaligus sumber daya manusia bidang peternakan sapi di Kutim.

Program lainnya yakni pemanfaatan danau, juga dilokasi pasca tambang untuk menjadi cikal bakal kawasan wisata bernama Telaga Batu Arang (TBA). Desain kawasan ini nampak sekali bakal menjadi obyek ekowisata. Karena dalam pengembangannya sangat mengutamakan kehidupan dari habitat yang ada. Telaga yang airnya jernih ini saat ini sudah digunakan untuk membudidayakan beberapa jenis ikan air tawar. Hasilnya, ikan juga dinyatakan layak konsumsi. Hal itu terbukti dari hasil uji laboratorium Universitas Mulawarman (Unmum) Samarinda. Pengembangan budidaya keramba ikan dilakukan mulai September 2013, dengan membudidayakan empat jenis ikan air tawar, yakni nila, lele, patin dan ikan mas. Ikan dari hasil budidaya keramba di kolam pasca tambang KPC aman dikonsumsi.

Siapa sangka, telaga yang dulunya merupakan lubang besar menganga beratus meter dari permukaan bumi dengan isi telah dikeruk habis ini menjadi kawasan yang indah dan menarik. Tempat ini adalah zona wisata yang dulunya juga lahan bekas tambang KPC. TBA merupakan lahan bekas kolam tambang juga satu kawasan Pit Surya. Di TBA dibangun semacam dermaga kayu, saat ini di tengah danau atau waduk dibangun fasilitas pengembangbiakan ikan air tawar. Luas telaga yang mencapai 12 hektare dengan kedalaman kurang lebih 40 meter ini berada di Jalan Poros Kabo Jaya Sangatta-Rantau Pulung.

“Telaga Batu Arang (TBA) merupakan salah satu zona wisata di lahan pasca tambang KPC. Kolam ini akan dikembangkan menjadi objek wisata, sehingga keberadaan kolam bekas tambang akan memberi manfaat kepada masyarakat. Namun saat ini kami belum bisa membuka untuk umum, karena masih dalam tahap melengkapi fasilitas safety (keamanan), sehingga tidak terjadi lagi yang namanya lahan pasca tambang memakan korban (jiwa),” jelas  Act Manager External PT KPC, Yorden Ampung dan dibenarkan oleh Supervisor Media Relation Silvester Pantur.

Dijelaskan olehnya PT KPC, dalam proses pembangunan daerah mengambil peran sebagai katalisator. Untuk mendorong kemandirian wilayah, khususnya ditingkat desa di sekitar tambang. Dalam implementasinya disesuaikan dengan arah pembangunan daerah mulai dari tingkat Kabupaten sampai desa. Dengan memperhatikan berbagai issue nasional dan internasional. Kedua program ini apabila dikembangkan lebih luas maka akan berdampak besar pada program perusahaan lainnya bagi masyarakat. Seperti peningkatan pendidikan dan pelatihan bidang pertanian dalam arti luas, pengembangan agribisnis, pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Berikutnya yakni pelestarian alam dan budaya serta peningkatan infrastruktur.



(AJ/AJ)
  1. Wisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA