1. KUTAI TIMUR
  2. INFO KUTIM

Kecamatan Karangan miliki potensi kakao 100 ton per tahun

“Karangan Hilir merupakan penghasil kakao dengan kualitas yang bisa diandalkan,” kata Jabir.

Petani kecamatan Karangan sedang memilah produksi kakao hasil panenan mereka yang memiliki potensi sekitar 100 ton per tahun. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Senin, 27 Maret 2017 08:02

Merdeka.com, Kutai Timur - Kutai Timur yang memiliki lahan cukup luas, sebagian telah dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami komoditi yang memiliki nilai ekonomi menjanjikan. Salah satunya di kecamatan Karangan, sebagian warga menanam kakao sebagai penghasilan yang mampu menghidupi keluarganya.

“Karangan Hilir merupakan penghasil kakao dengan kualitas yang bisa diandalkan. Karangan Hilir juga menjadi penghasil kakao terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim),” jelas Kepala Desa Karangan Hilir Jabir belum lama ini.

Dijelaskan, selain pengembangan perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Karangan juga memiliki potensi perkebunan tanaman cokelat (kakao) seluas 128 hektare (ha), dengan lahan produktif 104 ha. Lahan produktif tersebut dapat menghasilkan buah kakao hingga 100 ton/tahun dengan harga jual Rp 30 miliar per/tahun.

Lahan perkebunan kakao tersebut saat ini dikelola oleh tujuh kelompok tani yang beranggotakan 101 pekerja. Bahkan dari tanaman kakao tersebut menjadi tumpuan masyarakat setempat. Khususnya warga Desa Karangan Hilir, untuk menopang kehidupan sehari-hari sekaligus membiayai sekolah anak-anaknya agar dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi.

Dia mengatakan, Kabupaten Kutim menempati posisi pertama penghasil kakao terbesar di Kaltim dengan kualitas baik. Bahkan produksi kakao Kutim bisa bersaing dengan kakao daerah lain seperti Provinsi Sulawesi Selatan.    

Camat Karangan Suherman menambahkan pihaknya sangat mendukung pengembangan kakao yang dilakukan oleh warganya. Namun dia menjelaskan bahwa lahan di Kecamatan Karangan masih ada yang berstatus kawasan budidaya kehutanan (KBK), kawasan budidaya Non kehutanan (KBNK) dan areal penggunaan lain (APL). Artinya masyarakat hanya bisa melakukan pinjam pakai areal tersebut. Pada prinsipnya pemerintah tetap memantau penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Karangan, agar penggunaanya tepat sasaran.

“Semoga hal tersebut juga dapat diikuti desa lain agar dapat meningkatkan tarap hidup warga, mengingat perkembangan kakao sangat baik,” kata Cono, sapaan akrab Suherma seraya mendukung.

Dia menyebut sesuai keluhan warganya, saat ini pengembangan kakao masih terkendala ketersediaan pupuk. Untuk itu ke depan dia berharap pengelolaan pupuk dan obat-obatan tanaman dapat di kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Maksudnya agar cepat terpantau ketersediaan pupuk dan hasil panen petani dapat dibeli BUMDes.

Plt Kepala Dinas Perkebunan didampingi Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Kasiyanto menjelaskan walaupun bukan musim buah, Kutim masih bisa memproduksi kakao hingga 100 ton/tahun. Karena curah hujan termasuk iklim yang mendukung dan merata, khususnya di wilayah pesisir termasuk Kecamatan Karangan.

“Jika sepanjang tahun iklim bagus dan ada hujan, selama itu pula ada buah. Itulah kelebihan Kutim, khususnya Kacamatan Karangan dibandingkan daerah lain. Karena curah hujan yang merata maka hampir setiap tahun kakao tidak pernah kosong,” jelas Kasiyanto.

Mengenai ketersediaan pupuk, lanjut Kasiyanto, pihaknya siap memfasilitasinya. Untuk mencarikan solusi membantu memberikan informasi jenis pupuk yang handal dengan harga terjangkau. Serta cocok untuk tanaman utamanya jenis kakao.

“Petani sebenarnya mampu membeli pupuk, namun ketersediaan (yang terbatas) ini yang terkadang menjadi kendala. Oleh sebab itu keberadaan BUMDes harus dihidupkan kembali,” harap Kasiyanto.


(AJ/AJ)
  1. PERKEBUNAN
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA