“Singkong gajah sudah menjadi best practice pengembangan pertanian di Kutim," kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) selain fokus membangun desa, mulai membangun infrastruktur sampai kemandirian desa juga banyak program lainnya yang terus digenjot untuk bisa direalisasikannya. Selain itu juga ada program pembangunan rumah layak huni serta program bantuan Aladin (Atap, Lantai dan Dinding).
Selama ini, Kutai Timur yang dikenal dengan perkebunan kelapa sawit, kini juga mempunyai program tanaman singkong di desa-desa. Ismunandar meminta kepada seluruh Camat, agar di wilayahnya bisa ditanami singkong gajah tersebut. Sebab, komoditi ini, bisa menjadi andalan di masa mendatang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.
Kenapa mencanangkan tanaman singkong gajah di tiap desa? Sebab, menurutnya, masyarakat sudah terbiasa menanam singkong di lahan pertaniannya. Jika dianjurkan menanam singkong gajah, hasilnya akan lebih baik, lantaran investor yang akan membelinya sudah menyatakan kesiapannya, jika produksinya sudah berhasil dengan baik.
Sekarang ini, tanaman singkong gajah sudah berkembang di kecamatan Rantau Pulang. Warga di sana sebagian sudah menanam singkong gajah. Sudah ada pabriknya untuk mengolah tepung tapioka, dan baru diresmikan Bupati Kutim Ismunandar bersama Wakil Bupati Kasmidi Bulang belum lama ini. Hasilnya cukup lumayan, karena mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Jika singkong gajah dikembangkan masyarakat di Kutai Timur, tentunya produksinya akan lebih banyak. Jika dihitung-hitung, dibanding menanam singkong biasa, hasilnya lebih besar dan memiliki nilai tambah tersendiri, lantaran singkong gajah bisa diolah menjadi tepung tapioka, juga bisa menjadi bio methanol.
Bupati Ismunandar mengatakan, progres pengembangan singkong gajah saat ini sudah dijadikan satu program best practices pemerintah kabupaten Kutai Timur Ismunandar sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui agribisnis.
“Singkong gajah sudah menjadi best practice pengembangan pertanian di Kutim. Selain komoditi kelapa sawit yang sudah jadi andalan masyarakat serta tanaman lainnya,” sebut Ismu, panggilan akrab mantan Asisten Pembangunan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Kutim ini.
Dia mengatakan bahwa pengembangan singkong gajah di era kepemimpinannya bersama Wabup Kasmidi Bulang menjadi satu program membangun desa untuk menyukseskan Gerbang Desa Madu (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu). Menurutnya kalau dengan singkong gajah desa bisa sejahtera, maka kecamatan dan Kabupaten Kutim secara umum akan ikut sejahtera.
Orang nomor satu di Pemkab Kutim ini meyakinkan bahwa pasar tepung tapioka tidak akan pernah habis. Dia juga mengaku kerap berbicara dengan investor untuk menginvestasikan uangnya di sektor pengembangan singkong gajah. Terlebih dari hasil penelitian, bibit terbaik dari singkong gajah adalah dari Ranpul.
Menurut perhitungan kasar, apabila dikelola baik dengan pukuk yang bagus, 1 hektare pengembangan singkong gajah bisa memperoleh 30 ton. Jika 1 pohon singkong menghasilkan 20 kilogram, maka perhitungannya, petani bisa meraup Rp 50 juta per hektare setelah 9 bulan masa panen. Karena potensinya yang luar biasa, Pemkab Kutim melalui Pemerintah Kecamatan Ranpul berencana mengembangkan singkong gajah di lahan 400 hektare.
Saat ini, pabrik tepung tapioka di kecamatan Rantau Pulung sudah mengolah bahan singkong 160 ton dan menghasilkan tepung tapioka 32 ton.
Baca juga : Dari 135 desa di Kutim, sudah 100 desa dikunjungi
Baca juga : Gelar Musrenbang di Kecamatan, sinergikan RPJMD dengan visi dan misi
Baca juga : Komitmen alokasikan dana Rp 2-5 miliar tiap desa