“Kita berusaha mempromosikan produk-produk lokal, seperti batik khas Kutim ke luar daerah,” Edward.
Merdeka.com, Kutai Timur - Potensi kerajinan tangan seperti batik khas Kutim yang dihasilkan pengusaha lokal, terus berupaya dipromosikan ke luar daerah. Idustri Kecil dan Menengah (IKM) ini diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kutim ke depan.
“Kita ingin produk yang sudah menjadi kebanggaan masyarakat Kutim ini semakin dikenal masyarakat luas. Kita berusaha mempromosikan produk-produk lokal, seperti batik khas Kutim ke luar daerah,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim HM Edward Azran didampingi Kabid Industri Edy R Junaedi.
Salah satu langkah yang ditempuhnya adalah, mengikuti Festival Kain Kalimantan, pada 28-29 Januari 2017 lalu, di Atrium Big Mall Samarinda. Puluhan kain batik dengan berbagai motif khas Kutim turut dibawa untuk dipamerkan sekaligus dijual kepada konsumen serta pengunjung.
Langkah ini dimaksudkan mendorong produk batik khas Kutim disenangi masyarakat luas. Bukan hanya warga Kutim saja yang mengenakan, tapi masyarakat luar Kutim diharapkan bisa menyenangi dan akhirnya mengenakannya di masa mendatang.
Menurut mantan Asisten Administrasi Sekkab Kutim ini, tujuan keikutsertaan Kutim pada promosi kali ini adalah untuk mendorong ekonomi rakyat guna meningkatkan produksi dan distribusi barang masyarakat, ke dalam pasar yang lebih luas.
Walaupun masih baru, namun batik khas Kutim memiliki keunggulan tersendiri. Terutama pada metode pembuatannya yang menggunakan alat modern. Dengan begitu tentunya batik ini masih perlu dikenalkan lebih luas. Dia menyebut event Festival Kain Kalimantan sangat penting diikuti untuk merebut pasar tertentu. Sehingga kain batik khas Kutim mendapat tempat di pasar lokal, regional Kalimantan bahkan nasional. Sebagai langkah pemantapan, Disperindag telah melakukan rangkaian pembinaan keterampilan pelaku IKM. Sehingga apabila kebutuhan pasar besar, para pembatik yang bergelut di IKM sudah siap meladeni.
“Tidak boleh pasar banyak tetapi keterampilan dan model tak menyesuaikan. Maka di masa depan, keterampilan dan lainnya harus di seimbangkan. Untuk teknis, Disperindag sedang menyiapkan teknis produksi yang baik yakni bahan baku dan setengah jadi. Jika sudah siap akan dibawa ke pasar yang lebih luas. Karena nampaknya desainer akan menyesuaikan (kebutuhan) ke depannya,” jelasnya.
Edward yakin bahwa industry di Kutim, khususnya IKM bidang kerajinan batik berkembang di masa datang. Sebab saat ini embrio pertumbuhannya sudah ada, hanya tinggal merebut peluang pasar. Secara teknologi dia mengakui, Kutim memang masih jauh dibawah produksi di Jawa, tetapi dengan peralatan yang digunakan menyesuaikan dengan kemajuan teknologi kedepan batik Kutim akan mendapat tempat. Saat ini Disperindag juga tengah melakukan serangkaian kerjasama dengan pihak lain untuk memberikan metode teknologi serta keterampilan bagi para pengrajin menyesuiakan pangsa pasar yang berlaku. Dengan mempertahankan bahan baku abadi, misalnya enceng gondok dan tenun ikat. Pengembangannya akan dilakukan ditiga kecamatan berbeda. Terbagi tiga wilayah, yakni Rantau Pulung dan sekitarnya untuk tenun modern, Kaliorang dan Kaubun untuk tradisional pasar modern, serta Muara Wahau untuk kain tradisional.
Ditambahkan oleh Kabid Industri Edy R Junaedi jenis kain batik cap wakaroros dan batubara dijual dengan harga mulai Rp 375 ribu perlembar. Sedangkan untuk batik tulis dihargai Rp 400 ribu. Semua kain yang dipromosikan merupakan produksi IKM binaan Disperindag Kutim. Selain promosi dalam bentuk stan pameran, juga dilakukan melalui fashion show yang diselenggarakan oleh TP PKK Provinsi Kaltim dan Dekranasda Kaltim. Tak hanya itu, kesempatan dimaksud juga digunakan untuk mempromosikan makanan dan pangan tradisional, seperti amplang Bengalon, amplang batubara, kerupuk. Produk kerajinan koran bekas, tempurung kelapa, kerang dan lain-lain. Termasuk sandal-sandal dengan desain batik atau manik-manik. Selama pameran, Disperindag dibantu 9 staf yang bertugas secara bergantian.