“Kita membutuhkan suatu upaya yang bersifat gerakan bersama untuk memerangi penyakit tuberkulosis (TB)," kata Sutarnyoto.
Merdeka.com, Kutai Timur - Pengurus Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) untuk periode 2016-2021 resmi dikukuhkan oleh Bupati Ismunandar, di Ruang Meranti, Kantor Sekretariat Kabupaten, Selasa (6/9) kemarin. Pengurus baru PPTI Kutim dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan pengurus wilayah PPTI Nomor: 24/SK/PW-PPTI/VIII/2016. PPTI Kutim diketuai Ny TIrah Satriani yang merupakan isteri Wabup Kutim.
Bupati Kutim Ismunandar berharap seluruh organisasi, terlebih organisasi yang bertujuan untuk membantu masyarakat seperti PPTI bisa sukses menjalankan semua program kerjanya. Banyak tantangan dan program kerja yang harus segera dilakukan oleh PPTI. Contohnya adalah mengajak masyarakat untuk semakin giat dan positif dalam menjaga lingkungan serta meningkatkan kualitas udara di Kutim, termasuk perusahaan-perusahaan.
“Di Sangatta ini jika kita keluar rumah, sudah menghirup debu. Buktinya apa? Coba taruh mobil yang sudah dibersihkan selama beberapa jam akan terlihat banyak debunya. Karena jika sudah menggali tambang banyak tanah yang tertiup angin, pas anginnya ke kota Sangatta debunya terbang ke daerah padat penduduk,” jelas Ismu.
Jika sudah demikian, katanya, tentu tidak menutup kemungkinan banyak gejala TB di wilayah Sangatta. Untuk itu dia berharap kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) diminta untuk mengantisipasi agar debu tambang tidak menjadi penyakit dengan cara mengimbau perusahaan tambang meminimalisasi sebaran debu agar tidak merusak kualitas udara di ibukota Sangatta. Sehingga tidak merugikan masyarakat yang setiap hari beraktifitas dan menghirup udara.
Pemerintah berharap dengan dilantiknya pengurus PPTI Kutim ini akan membantu mengurangi mengeliminir adanya TB di masyarakat. Agar program kerjanya lebih merata, Bupati meminta selanjutnya dibentuk juga PPTI tingkat Kecamatan. Sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan sosial kesehatan ini, Bupati lantas menginstruksikan agar anggaran kegiatan kesehatan tidak dipotong, termasuk honor, gaji dan tunjangan seluruh tenaga kesehatan.
Ketua PPTI Kaltim H Sutarnyoto sebelumnya mengatakan bahwa penyakit TB di Indonesia jumlahnya bukan menurun, bahkan cenderung meningkat dan mengkawatirkan.
“Kita membutuhkan suatau upaya yang bersifat gerakan (memerangi TB). Karena itu kami terpanggil, melibatkan para tokoh yang peduli pada persoalan kemasyarakatan ini. Termasuk pemerintah, sehingga persoalan penyakit TB yang kurang diperhatikan ini menjadi fokus perhatian kita bersama,” katanya.
Dijelaskan olehnya, menurut catatan yang diimpun PPTI, angka penyakit TB di Indonesia mencapai 130 per 100.000 penduduk. Angka ini bisa menularkan 10 kali lipat dalam 1 tahun. Jika tidak teridentifikasi awal, bahkan telah ditemukan kasus-kasus yang menghawatirkan penyakit yang resisten terhadap obat yang diberikan. Sehingga muncul penyakit yang disebut dengan Multi Drug Resis TB (MDR-TB). Ongkos untuk menyembuhkannya sangat mahal dan membutuhkan waktu sangat lama.
"Organisasi PPTI sesungguhnya bukan organisasi LSM. Merupakan lembaga sosial kemasyarakatan berdasarkan Undang-Undang yang terbentuk sejak tahun 1968. Juga bukan yayasan, tapi semata-mata hanya ingin berkiprah untuk menolong masyarakat," tambahnya.
Pengukuhan PPTI Kutim berjalan dengan lancar dan hikmat dihadiri Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang, Sekertaris Kabupaten Drs H Irawansyah, Ketua TP PKK Kutim Ny Hj Encek UR Firgasih, Kapolres Kutim AKBP Rino Eko Chayaning Bawono Subagyo Putro, Kasdim 0909 Sangatta Mayor Inf Syawaluddin. Anggota DPRD Kutim Ucek Prasetyo, Camat Sangatta Utara Didi Herdiansyah, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Forum Koordinasi pimpinan daerah dan staf pegawai di lingkungan Pemkab Kutim serta para tokoh masyarakat,.
Untuk diketahui berbagai tantangan program pengendalian TB saat ini terus digalakkan. Seperti pencegahan TB-HIV, TB kebal obat (TB-MDR), TB pada anak, TB dengan Diabetes Melitus, TB pada anak, TB dengan Diabetes Militus, TB yang dikaitkan dengan kebiasaan buruk merokok, faktor kemiskinan serta gizi buruk pada masyarakat yang rentan terhadap penularan TB. Semua jenis penyakit TB tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Maka diperlukan adanya suatu organisasi sosial dari masyarakat yang membantu Pemerintah dalam bidang kesehatan untuk bersama-sama menanggulangi penyakit TB.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kutim untuk tahun 2015 capaian penanggulangan TB baru mencapai 54 persen dari target 85 persen. Pada tahun 2015 terdapat 539 kasus terindikasi TB, dengan kasus terbanyak di Sangatta Utara dan Selatan, serta Kecamatan Muara Wahau. Untuk tahun 2016 akumulasi dari Januari-Juni ada 279 kasus TB baru yang terdata.
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk estimasinya di Kutim ada sekitar 678 orang yang terindikasi TB. Oleh karena itu sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Kutim waspada. Mengingat penyakit TB, bukan jenis penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Melainkan jenis penyakit menular yang penyembuhannya membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan.