“Bimbingan atau manasik untuk mengingatkan jamaah agar tidak lupa karena proses ini sangat penting supaya jadi haji mabrur," kata Sofiansyah.
Merdeka.com, Kutai Timur - Sebelum melaksanakan wukuf dan ritual haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), calon jamaah haji asal Kutai Timur kembali memperoleh pemahaman tentang proses pelaksanaan haji yang benar. Antara lain mendapatkan pencerahan dan bimbingan manasik haji yang puncak pelaksanaan wukuf pada 12 September mendatang.
“Melalui bimbingan atau manasik kembali di tanah suci Makkah, dimaksudkan para jamaah calon haji tidak lupa bahwa proses itu sangat penting. Jangan
sampai calon jamaah lupa terhadap rukun dan syarat maupun ketentuan yang sudah ditetapkan,” kata H Sofiansyah, salah satu anggota Tim Pembimbing
Ibadah Haji Indonesia (TPHI) asal Kutim yang menyertai rombongan.
Bimbingan atau manasik dilaksanakan dalam suasana santai dan kekeluargaan, namun tetap serius, semua calhaj Kutim mendengarkan arahan dan bimbingan
manasik haji. Pihaknya berharap, seluruh calon jamaah tetap menjaga kesehatan, sehingga pada hari “H” nanti mampu menunaikan tugas tersebut dengan baik.
Dalam penjelasannya disampaikan, ritual ibadah haji di tiga tempat tersebut nantinya akan dipenuhi oleh seluruh calhaj dari berbagai penjuru dunia. Dimulai pada 8 Dzulhijjah, calhaj sendiri nantinya akan
diberangkatkan menuju padang Arafah untuk persiapan Wukuf di Arofah pada esok harinya.
“Ketika berada di Arafah, calhaj Kutai Timur agar membawa pakaian secukupnya, obat-obatan dan peralatan lainnya yang diperlukan selama di sana. Namun, sebelum diberangkatkan menuju Padang Arafah, seluruh calhaj harus menyucikan diri dengan melaksanakan mandi ihram dilanjutkan berpakaian ihram, tanpa memakai wewangian. Sholat sunah ihram 2 raka’at, niat haji di maktab atau saat bus berangkat menuju Arafah lalu membaca talbiyah” jelas Sofiansyah.
Selanjutnya pada 9 Dzulhijjah di Arafah, saat wukuf, calhaj diminta memanfaatkan saat-saat mustajabah tersebut mengisi waktu dengan membaca Al Qur’an, berdzikir, berdoa, bertafakkur, talbiyah dan taqarrub kepada Allah SWT. Pada malam harinya, setelah melaksanakan wukuf, calhaj akan diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk mabit dan bermalam. Selama mabit di Muzdalifah, jamaah haji disunnahkan mencari kerikil untuk melontar jumrah Aqobah sebanyak 7-10 butir, memperbanyak dzikir dan doa. Jika merasa lelah bisa beristirahat atau tidur apabila waktu memungkinkan. Lewat tengah malam para calhaj akan diberangkatkan menuju ke perkemahan di Mina.
“Di Mina nanti, seluruh calhaj akan melakukan jamarot untuk melontar jumrah Aqobah secara rombongan disertai mutawwif dari maktab untuk memandu jalan ke jamarat. Kemudian mencukur 3 helai dari rambut dan setelah itu para rombongan kembali ke kemah untuk beristirahat,” kata Sofiansyah lagi.
Setelah bermalam di Mina dan menunaikan hal-hal yang wajib selama di sana, calhaj kembali ke pemondokan di Makkah. Lebih lanjut, selama di Armina, calhaj juga diminta terus melakukan komunikasi dan koordinasi antar jama’ah Kutim. Karena, sambung dia, padatnya manusia di Armina tentu menjadi kekhawatiran bagi semua pihak. Selain itu, faktor kesehatan pun tak boleh dianggap sepele.
“Gunakan waktu sebaik-baik, untuk istirahat sejenak dan menjaga pola makan minum baik sebelum menuju maupun ketika berada di Armina,” tutupnya.
Meski cuaca panas, jamaah Kutim tetap semangat kunjungi tempat bersejarah