Di masyarakat itu, persoalan minyak, kadang-kadang mereka bisa beli minyak tapi minyaknya yang tidak datang-datang.
Merdeka.com, Kutai Timur - Selain mengembangkan singkong gajah, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) juga berfokus membangun desa. Mulai membangun infrastruktur sampai kemandirian desa. Hal ini ditegaskan Bupati Kutim Ismunandar kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
"Program kita banyak, termasuk rumah layak huni. Ada program bantuan Aladin (Atap, Lantai dan Dinding)," ujar bupati yang akrab disapa Ismu ini.
Seperti apa program-program untuk desa ini, berikut ini wawancara singkatnya dengan Muhammad Taufiq dari merdeka.com:
Bagaimana report kemiskinan di Kutim?
Dulu waktu awal Kutim dibentuk, itu jumlah penduduknya sekitar 160 ribu. Sekarang setelah 16 sampai 17 tahun ini naiknya mencapai 300-an ribu. kalau dihitung pertumbuhan alami, tidak mungkin lah itu terjadi, pasti karena ada migrasi masuk. Migrasi masuk, pertama karena cari kerja, karen pasti endak punya kerjaan. Datang ke sini karena enggak punya rumah, tidak ada pendapatan, berarti kan tergolong miskin. Lalu mereka yang datang dicatatlah. Bukan berarti kita tidak bisa mengatasi kemiskinan, tapi kita ini NKRI, masak orang yang tidak punya kerja kita tolak. Saya bisa saja mengatakan, seperti Balikpapan, tapi tega enggak kita, 'harus memberi dana sekian sebagai jaminan untuk tinggal di sini'. Tidak mungkin lah, kita NKRI. Kalau mau datang, yang penting baik-baik, silakan.
Soal program membangun desa, apakah singkong itu salah satunya?
Program kita banyak, termasuk rumah layak huni. Ada program bantuan Aladin (Atap, Lantai dan Dinding). Saya ini punya pengalaman lama, itu program Aladin enggak jalan. Kita bantu atap, kita bantu lantai, itu enggak jalan, karena terkadang tiga rumah saja dibangun. Sekarang kita tutup, sekarang kita bangunan rumah layak huni. Tahun ini ada 176 rumah ya? Jadi utuh (satu rumah) gitu lho. Jadi waktu saya dilantik, saya kumpulkan itu kepala camat, kepala desa, diinventarisir orang yang betul-betul miskin di kota ini, jangan dibohongi.
Kesiapan infrastruktur desa bagaimana?
Iya, saya kan di dalam janji politik saya, akan mengalokasikan dana Rp 2 sampai 3 miliar per desa per tahun. Itu kan selama ini desa mengeluh, 'Pak selama ini kami ikut musrenbang-musrenbang, tapi dana enggak pernah turun-turun'. Bottom up-bottom up, tapi enggak bottom up. Itu enggak pernah turun. Nah, saya katakan inilah jawabannya, mana yang menjadi prioritas saya kasih anggaran Rp 2 miliar. Apa yang jadi prioritas di desa. Desa yang menyusun programnya, kita hormati dong.
Bagaimana dengan kemandirian desa di Kutim?
Tingkat kemandiriannya cukup baik dan infrastruktur yang kita bangun itu hampir semua kecamatan sudah. Terakhir dua pekan lalu ke Kecamatan Busang itu ada satu jembatan yang sudah kita resmikan. Jadi itu sudah terhubungkan semua.
Ada yang menilai persoalan pembangunan desa selama ini terkendala SDM, menurut Anda?
Bukan, masalahnya karena masyarakat desa itu selalu dijadikan obyek. Anggapannya begitu. Sekarang saya menjadikan mereka subyek. Apa yang menjadi kebutuhan di desa itu, ya mereka susun sendiri, itu yang kita berikan. Selama ini seperti itu. Kadang-kadang di satu kecamatan, apa yang mereka keluhkan itu diperhatikan.
Seperti kemarin ada tiga desa mengeluh, 'Pak kami ingin buat pipa saja buat air bersih, gabung saja dua miliar, dua miliar, enam miliar, buat beli pipa' saya katakan 'monggo silakan'. Ini kan kebutuhan. Oleh sebab itu saya katakan, jangan kita menganggap masyarakat di desa itu tidak mampu. Tapi kita harus menghargai terhadap apa yang mereka keluhkan, mereka lebih tahu apa yang mereka butuhkan.
Kalau mau jujur saja, bantuan sapi saja, itu mungkin ribuan sapi sudah dibantukan ke petani. Kalau satu petani dikasih satu atau dua ekor sapi, pernahkah mereka belajar bagaimana mengembala sapi? Jangan samakan dengan orang Jawa, nah ini yang harus dibedakan. Harusnya mereka dilatih dulu, barulah dibantu. Jangan yang enggak paham dikasih, apalagi musim kampanye pilkada, wah ini pemilihku kasih. Ini bukan pemiligku jangan kasih, akhirnya dipotong.
Lalu sebenarnya apa masalah riil yang dibutuhkan masyarakat Kutim?
Listrik, air bersih, kesehatan, pendidikan sudah lumayan tapi perlulah dipertahankan. Kebutuhan infrastruktur dasar itu. Kalau makan, mereka masih bisa makan, sandang pangan bagi mereka yang kelapa sawitnya sudah jadi, semuanya masuk. Pendapatan mereka lebih tinggi dari kita. Nah tetapi, namanya kita ini kan zaman sudah berubah. Ibaratnya alam sudah global ini informasi sudah nyampek. Oleh sebab itu kita ini masih ada tiga blank spot yang kita upayakan selesai. Kecamatan Sandaran ada 3 desa, Kecamatan Busang BTS-nya sudah dibangun. Jadi maksud saya, kebutuhan dasar; air bersih, listrik, kesehatan, itu terpenuhi semua.
Kemarin saya tertarik dengan listrik tenaga air, semacam mikrohidro tetapi tidak menggunakan sungai, cukup menggunakan tandon saja, pakai bak saja. Dengan mekanika fluida, rumus kinetik tertentu, itu bisa menghasilkan tekanan air yang tinggi. Itu yang akan memutar turbin. Jadi akan saya coba di dua kecamatan lebih dahulu karena di dua kecamatan itu tiangnya sudah ada, jaringan sudah ada. Kalau itu berhasil, ya mungkin semuannya akan kita lakukan.
Kenapa saya tertarik? Di masyarakat itu, persoalan minyak, kadang-kadang mereka bisa beli minyak tapi minyaknya yang tidak datang-datang. Uangnya ada, minyaknya tidak ada. Minyak ini juga kadang mampu 6 jam atau 12 jam. Kalau ini (listrik tenaga air) bisa 24 jam, enggak usah mikir minyaknya lagi, cukup dengan air. Cuma harganya agak mahal sih, teknologinya sudah ada. Saya tertarik itu.
Pertumbuhan penduduk Sangatta cepat sekali, masalah urban biasanya muncul, tata kota dan lainnya?
Maka dari itu dengan saya mulai ini, saya mulai bangun perumahan. Insya Allah kan sudah ada investor yang bangun 1000 rumah. Ini sekarang yang kita tata.
Kesiapan masyarakat bagaimana, persoalan urban lainnya kriminalitas, narkoba, termasuk kenakalan remaja?
Nah oleh sebab itu kenapa yang pertama saya pikirkan setelah menjabat ini anak-anak kita. Saya sudah buat drafnya, sudah ada dengan wajib belajar mulai pukul 19.00 hingga 21.00. Itu waktu untuk belajar, jangan kluyuran lagi. Saya ingin, kalau anak-anak itu tidak ada kepentingannya di luar ya tinggal di rumah.
Kedua kita harapkan orangtuanya ikut mengawasi, kan kalau seperti ini akan terjadi komunikasi antar anggota keluarga. Kalau ini yang terjadi otomatis anak terawasi, apabila ada gejala-gejala narkoba sejak awal sudah terdeteksi. Kalau mereka dibiarkan saja ini yang berbahaya. Nah karena inilah saya membuat perda wajib belajar. Ini nanti saya minta Sarpol PP mengawasi kalau ada anak-anak luyuran di jalan agar disuruh pulang saja.
Beberapa daerah lain justru ada yang memfasilitasi tempat tongkrongan remaja tapi mendidik?
Ya, kita juga terus akan ke sana. Karena itu teman-teman karangtaruna yang akan saya tugasi. Karangtaruna bagaimana dia bisa sebagai wadah, berkesenian, kegiatan olahraga, itu kan untuk menyalurkan bakatnya. Kita ke sana. Kalau ini sudah diawasi, diberi saluran yang benar, ini bagus. Bayangkan, Kutai Timur itu nomor tiga peredaran narkobanya di Polres Kaltim, soalnya kan dari utara semuanya lewat sini. Kalau semua keluarga aktif, ini bagus. Ini kenapa saya katakan, marilah kita cintai keluarga itu.
Anak lahir karena kasih sayang, iya kan? Masak setelah lahir dibiarkan. Harus kita sayangi, amanah. Kalau ini terjadi, kalau komunikasi di dalam keluarganya bagus, Insya Allah hal-hal yang selama ini terjadi dapat kita eliminir.
Ada beberapa daerah membranding kota dengan memanfaatkan peran pemuda, lewat sepakbola, komunitas dan karnaval. Bagaimana Kutim?
Sepakbola sudah. Ini ketua PSSI kan dari Persikutim. Ya nanti kita buat sekolah-sekolah sepakbola, SSB. Itu bagian dari upaya untuk menampung mereka. Lebih ke tempat mendidiknya. Kemudian berkesenian. Nah ini memang, saya masih perlu berbicara dengan pemuda. Maksud saya begini, kalau masalah anak muda itu nanti yang bicara orang muda lah. Anda kalau sudah tidak muda baru bicara politik. Nah ini arah saya ke sana lagi. Memberikan wadahnya buat aktivitas anak-anak muda.
Saya juga kan perlu orang-orang yang bergabung dengan saya memahami persoalan. Jangan sampai saya bekerja sendiri. Yang jelas semua masalah anak muda nanti tetap kita fokus. Jadi aktivitas mereka nanti tetap ada salurannya. Olahraga misalnya, kemudian yang mau sepeda monggo, ini sudah ada. Yang mau balapan, ini sudah ada. Nah ini tinggal pemberdayaan dan mensosialisasikan ke sekolah-sekolah.
Bayangkan, sudah narkoba nomor tiga, HIV/AIDS juga nomor tiga. Lho inilah kenapa harus saya tutup itu, jangan sampai ada satupun yang buka untuk prostitusi. Makanya sampai sekarang walaupun perda miras sudah ada, saya tidak akan mengeluarkan izin miras. Saya enggak mau tandatangan, biarkan saya diprotes-protes.