“Jika kita pelihara dengan baik dan lokasi ini menjadi salah satu destinasi wisata, bisa mendatangkan kebaikan bagi masyarakat,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Kawasan karas Sangkulirang-Tanjung Mangkalihat memang menarik. Bukan saja bagi masyarakat awam, namun juga mengesankan bagi wisatawan asing maupun domestik. Sehingga kawasan itu perlu dijaga dan dilestarikan serta menjadi salah satu destinasi wisata di Kutim.
Kawasan yang terbentang luas sekitar 1,8 juta hektare itu memiliki nilai sejarah tersendiri. Banyak benda pra sejarah yang terdapat di dalam goa karst yang diusulkan menjadi warisan dunia ke UNESCO tersebut.
Yang menarik, dari hasil survey sementara, di kawasan karst Sangkulirang-Tanjung Mangkalihat terdapat 71 goa yang memiliki ngambar cadas. Uniknya, gambar cadas tersebut bergambar telapak tangan 2000 manusia purba yang usianya diperkirakan puluhan ribu tahun silam.
Gambarnya juga beraneka ragam. Ada gambar manusia, binatang dan sebagainya. Bahkan dalam goa tersebut juga terdapat tengkoran manusia yang ditemukan peneliti Perancis beberapa tahun lalu, ketika melakukan penelitian bersama sejumlah peneliti Indonesia.
Menurut Pindi Setiawan, salah seorang peneliti dari Bandung menggambarkan, di goa karst Sangkulirang-Tanung Mangkalihat gambar cadas yang ada berbeda dengan yang terdapat di Negara lain. “Kualitas maupun kuantitasnya lebih baik,” kata Pindi, panggilan akrab peneliti yang sudah beberapa kali masuk ek goa karst Kutim itu.
Gambar-gambar cadas telapak tangan itu ada yang memperkirakan usianya mencapai sekitar 50 ribu tahun silam. Ini menjadi daya tarik tersendiri, lantaran ketika hasil penelitian dan foto-foto itu dipamerkan di sejumlah kota, banyak yang berminat ingin mengunjunginya, terutama turis asing yang senang wisata alam dan petualang.
Goa karst kawasan Sanglirang-Tanjung Mangkaliat memiliki cirri dan keunikan tersendiri. Pertama, terdapat potensi sumber air di lima sungai utama. Kedua, cagar budaya prasejarah tertua diasia tenggara. Ketiga, penopang ekonomi masyarakat sekitar hidup dari hasil hutan non kayu seperti sarang burung wallet, madu dan sebagainya. Keempat, ekosistem tempat hidup flora dan fauna.
Bupati Kutim Ismunandar dan istri Hj Encek UR Firgasih maupun Wabup Kasmidi Bulang dan istri Hj Tirah Satriani ketika melakukan kunjungan ke goa karst Mengkuris, desa Batu Lepok, kecamatan Karangan beberapa waktu lalu, mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian gia karst tersebut.
“Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan cagar budaya yg menjadi warisan kekayaan Kutai Timur ini. Jika kita pelihara dengan baik dan lokasi ini menjadi salah satu destinasi wisata, akan mendatangkan kebaikan bagi masyarakat maupun pemerintah,” kata Ismunandar.