“Kita harapkan program ini mampu memberikan perubahan desa ke depan yang lebih baik lagi,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Setelah berdiri sekitar 15 tahun lalu, Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Kutai Timur menghasilkan sarjana 700 orang lebih, diharapkan memberikan sumbangsih kepada pembangunan di daerah ini. Sebab, selama ini, mereka kuliah secara gratis dibiayai pemerintah Kutai Timur.
Potensi sarjana perhatian yang merupakan alumni Stiper itu, tergabung dalam Ikatan Alumni (IKA) Stiper. Kamis (18/11) lalu menggelar kongres untuk memiliki Ketua IKA yang baru. Kegiatan itu dihadiri Bupati Kutim Ismunandar dan sejumlah pejabat lingkup Pemkab Kutim dan undangan lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Ismunandar mengajak kepada seluruh alumni Stiper untuk ikut mensukseskan program pemerintah Kutai Timur, yakni Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu (Gerbang Desa Madu). “Kita harapkan program ini mampu memberikan perubahan desa ke depan yang lebih baik lagi,” kata orang nomor satu di Kutim ini.
Alumni Stiper yang memiliki pendidikan bidang pertanian, diharapkan mampu mendukung program pembangunan di sektor agribisnis dan agroindusri yang menjadi tumpuan program pemerintah. Jika para alumni Stiper berjibaku membantu program ini, pihaknya optimis program Gerbang Desa Madu bisa berhasil dengan baik.
Kemudian Ismunandar menjelaskan, selama ini banyak program-program yang masuk ke desa, tetapi bukan kebutuhan dari desa tersebut. Misalnya saja keinginan masyarakat mau sapi tetapi yang datang kerbau. “Jika dihitung dari berdirinya Kutai Timur, bantuan sapi ke masyarakat sudah ribuan, namun rata-rata sapinya mati, inilah yang menjadi pemikiran bersama,” kata Ismunandar.
Melihat kenyataan seperti itu, dia mengajak alumni Stiper mampu memberikan masukkan maupun sebagai pelaku dalam kegiatan pemerintah sehingga dapat tercapainya desa sejahtera di seluruh Kutim ke depannya. Mantan Sekkab Kutim ini berharap, alumni Stiper bekerjasama dengan Pemkab Kutim melakukan penelitian terhadap integrasi perkebunan sawit dengan peternakan sapi. Sawit dapat dijadikan nol limbah, pelepah dan daun sawit bisa dijadikan makanan sapi sementara urin dan kotoran sapi dapat dijadikan pupuk bagi sawit.
Saat ini tambah Ismu, panggilan akrab mantan Asisten Pembangunan Sekkab Kutim ini, Kutai Timur memiliki sekitar 400 ribu hektare sawit, 88 ribu hektare plasma, dua puluh ribu hektare sawit masyarakat. “Jika potensi tersebut dijadikan integrasi sawit dan sapi, maka dapat menghasilkan banyak sapi di Kutim. Sehingga ke depan Kutai Timur tidak perlu mendatangkan sapi lagi dari luar,” katanya.
Sedangkan Ketua Stiper Prof Juraimi mengatakan, tidak terasa sudah sebelas kali melakukan wisuda dan telah mengeluarkan sarjana lebih dari 700. “Inilah potensi luar biasa yang nantinya dapat dipadukan dengan program-program pemerintah sesuai visi dan misi Bupati Kutai Timur yakni dititikberatkan pada program Gerbang Desa Madu,” katanya.
Dikatakan, setelah sekian lama menimba ilmu di Stiper dan kuliah secara gratis, kini giliran alumni untuk memberikan sumbangsih baik berupa ide-ide, konsep pembangunan yang berkaitan dengan pembangunan di Kutai Timur.