1. KUTAI TIMUR
  2. SENI BUDAYA

Upaya tingkatkan sarana, budaya lokal dan lestarikan situs sejarah

“Pemkab melalui Dinas Kebudayaan mendukung dan membina organisasi paguyuban seni budaya dari berbagai etnis yang ada di Kutim,” kata Iman.

Kepala Dinas Kebudayaan Iman Hidayat ketika tampil di RPD menyampaikan visi dan misi OPD yang diiringi penampilan seni tradsional Mamanda. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Jum'at, 09 Juni 2017 09:01

Merdeka.com, Kutai Timur - Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) baru di lingkup Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim), Dinas Kebudyaan (Disbud) terus berusaha maksimal dan telah banyak berbuat. Paling tidak melakukan pelestarian budaya yang ada di daerah ini.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kutim Iman Hidayat, OPD yang dipimpinnya memiliki visi “Pelestarian seni dan budaya dengan menjaga eksistensi sumber daya manusia (SDM) seni budaya dan kearifan lokal”. Kemudian visi itu dijabarkan dalam misi ke depan mengenai budaya.

“Kita jabarkan tiga misi, yakni meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan seni serta budaya, melestarikan seni dan budaya lokal, serta melestarikan benda, sejarah, situs dan cagar budaya,” kata Iman Hidayat.

Dikatakan, khusus untuk mendukung pelestarian situs dan cagar budaya di Kutim, Disbud saat ini tengah melaksanakan deliniasi kawasan karst. Sudah dilakukan dalam dua tahap, ke depan akan dilaksanakan sampai empat tahap. Supaya nanti dalam perencanaan untuk ke depan menjadi lebih terukur dan terarah. Kalau tidak dimulai dengan deliniasi yang jelas, maka dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam perencanaan, sehingga berakibat pada kerusakan yang tidak sesuai dengan misi melestarikan cagar budaya.

Selanjutnya untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Disbud didukung empat bidang. Bidang Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Bidang Kesenian Tradisi dan Perfilman, Bidang Pengembangan Sejarah, Bidang Pengembangan Budaya. Dengan empat bidang ini maka semua kegiatan aspirasi masyarakat yang ingin menyalurkan aspirasi kegiatan kebudayaan akan bisa ditangani.

Sebagai contoh untuk Karst Sangkulirang Tanjung Mangkalihat yang sedang dipromosikan sebagai warisan dunia ditangani oleh Bidang Pelestarian Bidang Cagar Budaya. Sedangkan untuk hal-hal yang selama ini sudah dilaksanakan seperti pesta adat lom plai dan kegiatan kebudayaan lain ditangani oleh Bidang Kesenian Tradisi dan Perfilman. Untuk Bidang Pengembangan Budaya, menangani budaya-budaya lokal yang akan diangkat ke tingkat nasional. Tentunya perlu terlebih dahulu dikaji dan diinventarisir sehingga untuk ke arah nasionalnya menjadi lebih jelas.

Terakhir Bidang Sejarah, saat ini akan menulis sejarah Kutim dalam tiga tahap. Sekarang sudah dilalui dua tahap, tahun depan sudah final dan selesai. Dimulai dengan sejarah yang ada di desa dan kecamatan di Kutim.
Berikutnya untuk mendukung kegiatan pengembangan kebudayaan, Pemkab Kutim saat ini juga membentuk Dewan Kesenian Daerah yang berfungsi sebagai mitra pemerintah. Untuk memberikan masukan dalam rangka pelestarian pembinaan dan pengembangan seni budaya tradisi dan modern. Membentuk Lembaga Pembinaan Kebudayaan Daerah Kabupaten Kutai Timur (LPKDKKT) yang banyak berkiprah pada seni tari serta tradisi dan kerap diundang mentas di luar.

“Pemkab mendukung dan membina organisasi paguyuban seni budaya dari berbagai etnis yang ada di Kutim. Dalam bentuk pembinaan dan bimbingan teknis serta organisasi dalam berkesenian. Memberikan bantuan peralatan kesenian kepada organisasi dan paguyuban yang telah eksis dalam pembinaan kebudayaan,” jelasnya.

Selanjutnya, kata Iman, potensi kebudayaan tradisi di Kutim secara umum terbagi dalam beberapa pilar kebudayaan. Yakni kebudayaan pedalaman, pesisir dan berlatar agama. Serta yang berasal dari etnis pendatang yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

Dari pedalaman ada dari suku Dayak, yakni seni tari tari perang, tari enggang, tari berburu dan gantar. Acara ritual dan pesta adat, hudoq. Seni sastra seperti cerita rakyat, seni rupa dan kriya berupa ukiran dan rumah adat atau lamin, Mandau, tombak dan talabang. Seni sampe ada gong, kelentangan, kulintang, suling dewa dan gendang hudoq.

Kebudayaan pesisir, berasal dari suku Kutai dan Banjar, berupa seni tari Jepen, seni musik tingkilan, seni sastra dan pantun adalah tarsul madihin. Seni teater adalah mamanda, untuk upacara ada pesta adat pelas benua, naik ayun dan antar jujuran, serta tasmiyahan dan aqiqah. Selanjutnya untuk kebudayaan etnis pendatang yang sudah bermukim di Kutim, ada puluhan paguyuban yang aktif. Seperti reog dari Jawa dan masih banyak lagi. “Kebudayaan yang berlatar agama Islam adalah hadrah dan samrah,” kata mantan Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kutim ini.

Untuk potensi warisan budaya Kutim, menurut Iman yang paling menonjol adalah Karst Sangkulirang Mangkalihat, yang saat ini sedang proses di usulkan sebagai warisan dunia. Oleh karena itu, Iman meminta warga Kutim memberikan dukungan agar karst yang ada menjadi warisan budaya dunia. Jika nantinya disetujui menjadi warisan dunia, maka tentunya akan sangat mendukung dari sisi pelestarian lingkungan dan mendorong dunia pariwisata. Agar lebih berkembang dengan cepat dan baik.

(AJ/AJ)
  1. Seni dan Budaya
  2. Pemerintahan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA