“Kehidupan masyarakat akan baik dan rukun, kuncinya toleransi dan saling menghargai,“ jelas Ismu.
Merdeka.com, Kutai Timur - Bupati Kutim Ismunandar mengajak kepada semua elemen masyarakat dan umat beragama di daerah ini, untuk saling menghormati satu sama lainnya. Dikatakan, toleransi antar umat beragama harus dijaga dengan baik, sehingga kehidupan bermasyarakat tetap terjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat yang heterogen di Kutim ini.
Pernyataan itu disampaikan bupati Ismunandar saat meresmikan bangunan baru GPIB di Desa Mukti Jaya, kecamatan Rantau Pulung. Dikatakan, bangunan ini merupakan berkat Tuhan dan itu patut disyukuri , karena banyak membantu sesama umat. “Mari ringan tangan dan membantu utamanya kepentingan umat,” harap Ismu orang nomor satu di pemerintahan Kutim ini.
Ini membuktikan dibalik keragaman lanjut Ismu. Sikap toleransi akan muncul dengan sendirinya dan ini harus dibangun bersama-sama utamanya sikap saling menghargai satu sama lainnya. “Kehidupan masyarakat akan baik, kuncinya toleransi dan saling menghargai,“ jelas Ismu.
Hadir pada acara itu antara lain, Wakil Bupati Kasmidi Bulang, anggoota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Joni, General Manager Health Safety Environment and Security (GM-HSES) PT Kaltim Prima Coal Immanuel Manege, Camat Rantau Pulung Poniso Suryo Renggono. Ada juga Sekretaris Daerah Irawansyah, Asissten Kesejahteraan Rakyat Mugeni juga hadir Mantan Camat Rantau Pulung Didi Herdiansyah dan undangan lainnya. Seusai peresmian dilanjutkan penyerahan kelengkapan sekolah tas dan buku tulis untuk 100 anak.
Umat Kristen Protestan pelita kasih Sangatta Pos Pelkes (Pelayanan dan Kesaksian) Maranatha sektor sangatta menyambut dengan suka cita atas diresmikannya gedung Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Desa Mukti Jaya Satuan Pemukiman (SP 3) Kecamatan Rantau Pulung Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Minggu, (21/8).
Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, ini suatu kebaggaan dan patut disyukuri serta dimaknai guna kelangsungan umat kristiani utamanya yang ada di Rantau Pulung. “Ini merupakan bentuk toleransi sesama umat,” sebut Marthen.