“Kita harapkan kepada desa tangguh bencana yang telah terbentuk memiliki kesigapan dan tindak lanjut ke lapangan,” kata Ismunandar.
Merdeka.com, Kutai Timur - Guna mengantisipasi musibah yang terjadi sewaktu-waktu, Pemkab Kutim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemetaan bencana. Antara lain, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), banjir dan longsor.
Langkah tersebut sebagai wujud pembentukan desa tangguh bencana. Sehingga masyarakat sudah siap dan siaga, apabila terjadi musibah di desanya.
“Kita harapkan kepada desa tangguh bencana yang telah terbentuk memiliki kesigapan dan tindak lanjut ke lapangan. Tidak bisa diselesaikan dengan hanya diskusi. Harus melakukan action,” jelas Bupati Kutim Ismunandar.
Menurut Ismu, panggilan akrab orang nomor satu di Kutim ini, partisipasi swasta dan kesadaran masyarakat merupakan garda terdepan dalam menghadapi bencana yang sangat sulit diprediksi. Sebab, pemerintah tidak bisa menangani sendiri, karena keterbatasan biaya, tenaga juga tidak cukup. Harus ada dukungan dari pihak swasta dan masyarakat.
Dijelaskan, pembentukan desa tangguh bencana, terutama pemenuhan peralatan dasar di setiap desa menjadi penting dalam melokalisir meluasnya bencana. Inilah beberapa hal yang melatarbelakangi lokakarya Sinergi Program Desa Membangun Mandiri dengan Desa Tangguh Bencana, tadi pagi.
Dikatakan Ismu, saat ini desa tangguh bencana yang telah terbentuk harus dibekali minimal peralatan dasar yang akan digunakan untuk melokalisir meluasnya bencana. Misalnya penyediaan mobil pemadam kebakaran mini. Kemudian sinkronisasi anggaran baik pusat maupun daerah dalam memenuhi peralatan kerja. Sehingga mampu mengoptimalkan peran forum pengurangan risiko bencana.
Kepala BPBD, Syafruddin mengatakan, pada tahun 2015 lalu, di Kutim sudah ada dua dua desa tangguh bencana, yakni Desa Sepaso Kecamatan Bengalon dan Desa Marga Mulyo (SP2) Rantau Pulung. Setahun kemudian, ada tiga lagi, yaitu Desa Singah Gembara Kecamatan Sangatta Utara, Desa Teluk Pandan, Kecamatan Teluk Pandan dan Desa Sangkima Kecamatan Sangatta Selatan.
Langkah tersebut, sebagai upaya pencegahan dan mitigasi bencana, dan mengembangkan program pengurangan resiko bencana berbasis komunitas yang diharapkan mampu menghindari, mengantisipasi, beradaptasi serta memiliki kemampuan untuk pulih kembali setelah bencana berakhir.