“Dperlukan generasi muda yang memiliki kualitas integritas yang tinggi,” kata Menpora.
Merdeka.com, Kutai Timur - Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 di Kutim diwarnai dengan pelepasan grup Marching Band Gita Naranta Cemerlang (MBGNC) dibawah binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) yang akan mengikuti kompetisi tingkat nasional “Bandung Marching Band Championship” (BMBC) kKe VII di Bandung, Jawa Barat (Jabar) 5-6 November mendatang.
Pelepasan dilakukan Wakil Bupati (Wabup) Kasmidi Bulang, usai memimpin apel upacara sumpah pemuda di halaman kantor bupati, Jumat (28/10). Mantan anggota DPRD Kutim memasangkan atribut personel marching band didampingi Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Kabupaten Mugeni, Kepala Disdikbud Iman Hidayat. Pelepasan disaksikan pula oleh Ketua DPRD Kutim Mahyunadi, Sekretaris Kabupaten Irawansyah dan sejumlah Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD).
Sebelumnya, Wabup saat memimpin apel upacara membacakan sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi. Upacara berlangsung hikmat, diikuti ratusan pejabat dan pegawai dari berbagai instansi pemerintah, organisasi pemuda dan masyarakat, TNI-Polri, serta siswa dan mahasiswa.
Dalam sambutan tertulis, Menpora mengatakan ada tiga karakter dan kapasitas yang perlu dikapitalisasi setiap generasi muda untuk memenangi “pertarungan” masa depan. Sekaligus dalam mewujudkan mimpi Indonesia.
“Pertama, diperlukan generasi muda yang memiliki kualitas integritas yang tinggi. Kedua, kapasitas keahlian dan intelektual yang cukup mumpuni. Ketiga, karakter kepemimpinan yang peduli dan profesional,” sebut Menpora.
Dia menyebutkan gagasan ini adalah untuk mengimplementasikan komitmen dan berpedoman pada nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan melalui sebuah manifestasi sikap pemuda Indonesia. Untuk mengisi serta menjawab berbagai peluang dan tantangan bangsa Indonesia kini dan yang akan datang.
Menpora Nahrawi menambahkan, pada perspektif yang sama, undang undang (UU) juga menggaris bawahi peran pemerintah dan masyarakat dalam pelayanan kepemudaan untuk menciptakan pemuda yang maju, berkarakter, berkapasitas dan berdaya saing. Dalam era digital ini, pemuda Indonesia mendapatkan tantangan untuk tetap tidak kehilangan identitasnya. Realitas saat ini, lanjutnya, globalisasi semakin menguat dengan hadirnya teknologi. Orang semakin terkoneksi tapi identitas tidak semakin muncul. Identitas adalah hal yang penting dipunyai oleh pemuda. Sebab, globalisasi dalam satu sisi memiliki sifat menyeragamkan. Tanpa sadar atas identitas, maka identitas keindonesiaan akan hilang.
"Tantangan pemuda di era digital ialah mengartikulasikan jati diri Indonesia yang terbuka dalam unsur global dan lokal. Globalisasi dari satu sisi menyeragamkan. Di sisi yang lain identitas kita yang lokal jangan sampai hilang karena itu bagian kekayaan kita," tutur Nahrawi.
Ia menambahkan, bahasa Indonesia juga terbuka kepada bahasa dari luar. Namun, bahasa Indonesia tetap memiliki unsur pokok yang menjadi identitas. Nahrawi berharap pemuda yang hidup di era digital ini tidak menjadi konsumen dengan mengikuti tren semata. Globalisasi yang membawa semangat kebangsaan terbuka dan menerima dialog untuk berproses bersama. Untuk itu dia berharap di peringatan Hari Sumpah Pemuda yang mengusung tema “Pemuda Indonesia Menatap Dunia” kali ini, para pemuda memiliki semangat kebangsaan terbuka dalam sikap percaya diri dan menerima dialog untuk berproses bersama.
“Di era digital ini tetap menjaga identitas ke-Indonesia-annya dalam pergaulan global," pinta Nahrawi.