“Nantinya penangkaran tersebut bisa dijadikan tempat untuk wisata dan sekaligus tempat edukasi,” kata Kasmidi.
Merdeka.com, Kutai Timur - Warga Kutim sering dihebohkan dengan keberadaan buaya yang memangsa korban, baik di sungai maupun tempat lainnya. Bahkan terakhir, ada hewan jenis reptile tersebut merangksek ke pemukiman warga, yakni di RT 8, Gang Pelita, jalan Diponegoro.
Warga sekitar dibuat heboh. Bahkan foto-fotonya beredar di media sosial dan menjadi pembicaraan hangat warga kota Sangatta dan sekitarnya. Munculnya hewan melata itu juga dinilai membahayakan masyarakat sekitarnya.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim) berencana membuat penangkaran buaya atau upaya perbanyakan. Melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. BKSDA memberikan rekomendasi kepada Pemkab Kutim untuk dapat membuat penangkaran buaya dengan harapan, semua buaya liar dapat terakomodir dalam satu wadah.
Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang mengatakan sudah menjadi rencana pemerintah untuk membangun penangkaran buaya tersebut. Namun dia mengaku saat ini Pemkab melalui para pihak terkait masih berupaya mencari alternatif pilihan daerah mana yang layak dan bagus untuk dijadikan sebagai lokasi penangkaran.
“Nantinya penangkaran tersebut bisa dijadikan tempat untuk wisata dan sekaligus tempat edukasi. Kita memang harus punya, karena makin banyaknya perkembangbiakan buaya liar yang tidak terdeteksi. Tentunya hal tersebut dapat membahayakan masyarakat Kutim,” jelasnya.
Dia menyebut kemungkinan besar lokasi yang dipilih adalah di sekitar Bukit Pelangi. Tetapi sekarang pemerintah masih mencoba menentukan lahan kosong yang tidak mengganggu pemukiman serta perkantoran. Selain itu, bisa saja disepakati pilihan lainnya yakni kawasan di luar Bukit Pelangi, namun tidak jauh dari kota. Sehingga bisa menjadi tempat pariwisata, pendidikan dan hiburan masyarakat. Penangkaran buaya nantinya berorientasi pada penangkaran telur sampai buaya dewasa. Untuk itu ke depan apabila ada warga menemukan buaya di daerahnya, bisa langsung ditangkap dan ditampung di penangkaran buaya tersebut.
"Kutim saat ini sangat membutuhkan keberadaan penangkaran buaya. Sebab, tak sedikit buaya yang ditangkap warga, hanya dilepaskan begitu saja,” katanya.
Tidak hanya itu, alasan lain mengapa penangkaran buaya harus dibangun adalah karena sudah banyak warga yang menjadi korban keganasan makhluk amfibi ini. Penangkaran buaya diharapkan menjadi solusi agar kejadian serupa tidak tidak terjadi lagi. Wabup menganggap penangkaran buaya merupakan potensi yang besar untuk wisata maupun untuk peningkatan perekonomian daerah.