1. KUTAI TIMUR
  2. SENI BUDAYA

Meriahkan cap go meh, seni barongsai beratraksi di Sangatta

“Biasanya orang Indonesia keturunan Tiong Hoa mengadakan kumpul-kumpul melakukan jamuan bersama, kata Charolina.

Atraksi barongsai di kota Sangatta memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat, tak heran jika saat tampil banyak warga yang menonton aksi seni tradisional warga keturunan Tiong Hoa tesebut. ©2017 Merdeka.com Reporter : Ardian Jonathan | Selasa, 14 Februari 2017 10:34

Merdeka.com, Kutai Timur - Suasana di kawasan Thomas Squer, jalan Yos Sudarso II, Sangatta Utara, tepatnya di belakang Q Hotel cukup ramai pada Sabtu (11/2/2017) lalu. Ratusan warga berkumpul di sana, untuk menyaksikan atraksi kebudayaan tradisional Tiong Hoa yang disuguhkan secara gratis.

Atraksi ini berlangsung sore hari sekitar tiga jam, yakni pukul 16.00 hingga 18.00 Wita. Kendati demikian, kerumunan warga menambah kemeriahan pertunjukan barongsai tersebut. Tak pelak lagi, penampilan seni barongsai itu memberikan hiburan bagi warga masyaraka kota Sangatta pada akhir pekan.

Berbagai atraksi spektakuler yang diperlihatkan kepada warga masyarakat Sangatta. Terlihat banyak masyarakat antusias menyaksikan pertunjukan yang sangat jarang di gelar di Kutim.

Saat ditemui media ini, Ketua Kerukunan Warga Keturunan Tionghoa Sangatta (KWKTS) Charolina Laoh menjelaskan bahwa pertunjukan Barongsai ini bertujuan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Kabupaten Kutim. Sekaligus memperkenalkan dan melestarikan salah satu budaya Indonesia keturunan Tionghoa.

“Karena malam ini (Sabtu malam) adalah malam Cap Go Meh yang merupakan penutupan rangkaian Imlek yang tepat tanggal 15 di kalender Cina. Biasanya orang Indonesia keturunan Tiong Hoa mengadakan kumpul-kumpul melakukan jamuan bersama. Namun di sini selain jamuan sekaligus untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Kabupaten Kutim,” jelasnya.

Charolina menjelaskan untuk peserta Barongsai sendiri warga keturunan campuran, bahkan banyak yang bukan merupakan keturunan Tionghoa. Untuk itu pihaknya mencoba untuk melatih masyarakat asli dari Kutim. Agar semua pemain murni dari anak-anak Kabupaten Kutim dan rata-rata masih berstatus siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan pemain dewasa tidak terlalu banyak, hanya antara 2 sampai 3 orang. Semua pemain barongsai rutin latihan 3-4 kali dalam seminggu. Durasi latihan baru ditambah jelang tampil. Dia menambahkan kegiatan ini selain untuk melestarikan budaya juga untuk kegiatan positif bagi anak-anak usia muda. Dia bersyukur sekarang sudah ada perlindungan untuk barongsai yakni Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI).

“Siapa tahu anak-anak ini bisa kita bina untuk tampil yang lebih bagus untuk di ikutkan perlombaan. Untuk di Kutim pemain Barongsai profesional sendiri masih baru ada 2 pasang Barongsai yang professional, yang terdiri dari 4 orang pemain," sebutnya.

Charolina  berharap ada bibit-bibit baru pemain barongsai. Karena Paguyuban Barongsai yang berdiri di Sangatta tahun 2000 ini, baru memiliki Barongsai sendiri belum lama ini. Awalnya sulit mendapatkan bibit-bibit pemain, namun setelah bertemu salah seorang guru di sekolah YPPSB, ternyata usai disosialisasikan banyak murid yang tertarik untuk bermain barongsai.

(AJ/AJ)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA